mercredi 8 février 2012

Dulu Haram Kini Halal

  • Oleh: Dei Al-faly Al-faroby
    Pada suatu ketika di zaman Nabi Muhammad SAW ada seorang pencuri yang hendak
    bertaubat, dia duduk di majelis Nabi Muhammad SAW dimana para sahabat berdesakdesakkan
    di Masjib Nabawi.
    Suatu ketika dia menangkap perkataan Nabi saw : “Barangsiapa meninggalkan
    sesuatu yang haram karena Allah, maka suatu ketika dia akan memperoleh yang Haram itu
    dalam keadaan halal”. Sungguh dia tidak memahami maksudnya, apalagi ketika para sahabat
    mendiskusikan hal tersebut setelah majelis dengan tingkat keimanan dan pemahaman yang
    jauh dibawah sang pencuri merasa tersisihkan.
    Akhirnya malam pun semakin larut, sang pencuri lapar. Keluarlah dia dari Masjid
    demi melupakan rasa laparnya.
    Di suatu gang tempat dia berjalan, dia mendapati suatu rumah yang pintunya agak
    terbuka. Dengan insting pencurinya yang tajam ia dapat melihat dalam gelap bahwa pintu itu
    tidak terkunci…dan timbullah peperangan dalam hatinya untuk mencuri atau tidak. Tidak, ia
    merasa tidak boleh mencuri lagi.
    Namun tiba-tiba timbul bisikan aneh : “Jika kamu tidak mencuri mungkin akan ada
    pencuri lainnya yang belum tentu seperti kamu”. Menjadi berfikirlah dia, maka diputuskan
    dia hendak memberitahukan/mengingatkan pemiliknya di dalam agar mengunci pintu
    rumahnya, karena sudah lewat tengah malam.
    Dia hendak memberi salam namun timbul kembali suara tadi : “Hei pemuda!
    bagaimana kalau ternyata di dalam ada pencuri dan pintu ini ternyata adalah pencuri itu yang
    membuka, bila engkau mengucap salam … akan kagetlah dia dan bersembunyi, alangkah
    baiknya jika engkau masuk diam-diam dan memergoki dia dengan menangkap basahnya !”
    Ah.. benar juga, pikirnya.
    Maka masuklah ia dengan tanpa suara… Ruangan rumah tersebut agak luas,
    dilihatnya berkeliling ada satu meja yang penuh makanan – timbul keinginannya untuk
    mencuri lagi, namun segera ia sadar – tidak, ia tidak boleh mencuri lagi.
    Masuklah ia dengan hati-hati, hehhh …syukurlah tidak ada pencuri berarti memang
    sang pemilik yang lalai mengunci pintu. Sekarang tinggal memberitahukan kepada pemilik
    rumah tentang kelalaiannya, tiba-tiba terdengar suara mendengkur halus dari sudut
    ruang….Ahh ternyata ada yang tidur mungkin sang pemilik dan sepertinya perempuan cantik.
    Tanpa dia sadari kakinya melangkah mendekati tempat tidur, perasaannya berkecamuk,
    macam-macam yang ada dalam hatinya. Kecantikan, tidak lengkapnya busana tidur yang
    menutup sang wanita membuat timbul hasrat kotor dalam dirinya.
    Begitu besarnya hingga keluar keringat dinginnya, seakan jelas ia mendengar
    jantungnya berdetak kencang didadanya, serta tak dia sangka ia sudah duduk mematung
    disamping tempat tidur…Tidak, aku tidak boleh melakukan ini aku ingin bertaubat dan tidak
    mau menambah dosa yang ada, tidakk !!
    18
    Segera ia memutar badannya untuk pergi. Akan ia ketuk dan beri salam dari luar
    sebagaimana tadi. Ketika akan menuju pintu keluar ia melalui meja makan tadi, tiba-tiba
    terdengar bunyi dalam perutnya…ia lapar. Timbullah suara aneh tadi : “Bagus hei pemuda
    yang baik, bagaimana ringankah sekarang perasaanmu setelah melawan hawa nafsu
    birahimu?”
    Eh-eh, ya. Alhamdulillah ada rasa bangga dalam hati ini dapat berbuat kebaikan dan
    niat perbuatan pemberitahuan ini akan sangat terpuji. Pikir sang pemuda. Suara itu berkata:
    “Maka sudah sepatutnya engkau memperoleh ganjaran dari sang pemilik rumah atas niat
    baikmu itu, ambillah sedikit makanan untuk mengganjal perutmu agar tidak timbul perasaan
    dan keinginan mencuri lagi!!”
    Berpikirlah dia merenung sebentar, patutkah ia berbuat begitu? “Hei – tiba2x ia
    tersadar serta berucap dalam hati – engkau dari tadi yang berbicara dan memberi nasihat
    kepadaku? Tapi nasihatmu itu telah menjadikan aku menjadi tamu tidak diundang seperti ini,
    tidak.. aku tidak akan mendengarkan nasihatmu. Bila engkau Tuhan, tidak akan memberi
    nasihat seperti ini. Pasti engkau Syaithon….(hening).
    Celaka aku, bila ada orang yang di luar dan melihat perbuatanku …. aku harus
    keluar.” Maka tergesa-gesa ia keluar rumah wanita tersebut, ketika tiba dihadapan pintu ia
    mengetuk keras dan mengucap salam yang terdengar serak menakutkan.
    Semakin khawatir ia akan suaranya yang berubah, setelah itu tanpa memastikan pemiliknya
    mendengar atau tidak ia kembali menuju masjid dengan perasaan galau namun lega, karena
    tidak ada orang yang memergoki dia melakukan apa yang disarankan suara aneh tadi.
    Sesampai dimasjid, ia melihat Nabi saw sedang berdiri sholat. Di sudut ruang ada
    seorang yang membaca al qur-aan dengan khusyu’ sambil meneteskan air mata, di sudutsudut
    terdapat para shahabat dan kaum shuffah tidur. Dingin sekali malam ini, lapar sekali
    perut ini teringat lagi ia akan pengalaman yang baru dia alami, bersyukur ia atas pertolongan
    Allah yang menguatkan hatinya.
    Tapi … tidak di dengar bisikan Allah di hatinya, apakah Allah marah kepadaku? Lalu
    ia menghampiri sudut ruang masjid duduk dekat pintu, dekat orang yang membaca al quraan.
    Ditengah melamunnya ia mendengar sayup namun jelas bait-bait ayat suci ……
    Dan mereka semuanya (di padang Mahsyar) akan berkumpul menghadap ke hadirat
    Allah, lalu berkatalah orang-orang yang lemah kepada orang-orang yang
    sombong:”Sesungguhnya kami dahulu adalah pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu
    menghindarkan dari pada kami azab Allah (walaupun) sedikit saja Mereka
    menjawab:”Seandainya Allah memberi petunjuk kepada kami, niscaya kami dapat memberi
    petunjuk kepadamu. Sama saja bagi kita apakah kita mengeluh ataukah bersabar. Sekali-kali
    kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri”. (QS. 14:21)
    Dan berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan: “Sesungguhnya
    Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepadamu
    tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan
    (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu
    mencerca aku, akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu
    dan kamu pun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan
    19
    perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu”. Sesungguhnya orangorang
    yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih. (QS. 14:22)
    Bergetarlah hatinya mendengar perkataan Allah yang di dengarnya, berkatalah ia
    “Engkau berbicara kepadakukah, ya Allah?” Serasa lapang hatinya, semakin asyik dia
    mendengarkan bacaan suci itu, maka lupalah ia akan laparnya, segar rasanya badannya.
    Cukup lama ia mendengarkan bacaan orang itu hingga tiba-tiba tersentak ia karena
    bacaan itu dihentikan berganti dengan ucapan menjawab salam. Terlihat olehnya pula bahwa
    pria itu menjawab salam seseorang wanita dan seorang tua yang masuk langsung menuju
    tempat Nabi Muhammad SAW sedang duduk berdzikir, dan wajah wanita itu … adalah
    wajah wanita tadi !!!??? Timbul gelisah hatinya, apakah tadi ketika ia berada di ruangan itu
    sang wanita pura-pura tidur dan melihat wajahnya? Ataukah ada orang yang diam-diam
    melihatnya, mungkin laki-laki tua yang bersamanya adalah orang yang diam-diam
    memergokinya ketika ia keluar dan mengetuk pintu rumah itu? Ahh … celaka, celaka.
    Namun gemetar tubuhnya, tidak mampu ia menggerakkan anggota tubuhnya untuk
    bersembunyi atau pergi apalagi tampak olehnya pria yang tadi membaca al Qur-aan hendak
    tidur dan tak lama pun mendengkur. Dan ia lihat mereka sudah berbicara dengan Nabi saw….
    celaka, pikirnya panik !!
    Hampir celentang jatuh ia ketika terdengar suara Nabi Muhammad SAW. : “Hai
    Fulan, kemarilah !” Dengan perlahan dan perasaan takut ia mendekat. Ia berusaha
    menyembunyikan wajahnya.
    Ia mendengar sang perempuan masih berbicara kepada Nabi Muhammad SAW.
    katanya : “…benar ya Rosulullah, saya sangat takut pada saat itu saya bermimpi rumah saya
    kemasukan orang yang hendak mencuri, dia mendekati saya dan hendak memperkosa saya,
    ketika saya berontak … ternyata itu hanya mimpi. Namun ketika saya melihat sekelilingnya
    ternyata pintu rumah saya terbuka sebagaimana mimpi saya dan ada suara menyeramkan
    yang membuat saya takut. Maka segera saya menuju rumah paman saya untuk meminta
    dicarikan suami buat saya, agar kejadian yang di mimpi saya tidak terjadi bila saya ada suami
    yang melindungi. Sehingga beliau mengajak saya menemui engkau disini agar memilihkan
    calon suami untuk saya”.
    Nabi saw memandang kepada si pemuda bekas pencuri, lalu berkata : “Hai Fulan,
    karena tidak ada pria yang bangun kecuali engkau saat ini maka aku tawarkan padamu,
    maukah engkau menjadi suaminya?” Terkejut ia mendengar itu, cepat mengangguklah ia.
    Dan setelah sholat shubuh Nabi saw mengumumkan hal ini dan meminta para
    shahabat mengumpulkan dana untuk mengadakan pernikahan dan pembayaran mas kawin si
    pemuda ini.
    Setelah pernikahannya, tahulah ia akan arti perkataan Nabi Muhammad yang lalu :
    “Barangsiapa meninggalkan sesuatu yang haram karena Allah, maka suatu ketika dia
    akan memperoleh yang Haram itu dalam keadaan halal”.

Kekuatan Maaf Rasulullah SAW


Seorang lelaki Arab bernama Tsumamah bin Itsal dari Kabilah Al Yamamah pergi ke
Madinah dengan tujuan hendak membunuh Nabi Shalallahu alaihi wa sallam. Segala
persiapan telah matang, persenjataan sudah disandangnya, dan ia pun sudah masuk ke kota
suci tempat Rasulullah tinggal itu. Dengan semangat meluap-luap ia mencari majlis
Rasulullah, langsung didatanginya untuk melaksanakan maksud tujuannya. Tatkala
Tsumamah datang, Umar bin Khattab ra. yang melihat gelagat buruk pada penampilannya
menghadang.
Umar bertanya, “Apa tujuan kedatanganmu ke Madinah? Bukankah engkau seorang
musyrik?”
Dengan terang-terangan Tsumamah menjawab, “Aku datang ke negeri ini hanya
untuk membunuh Muhammad!”.
Mendengar ucapannya, dengan sigap Umar langsung memberangusnya. Tsumamah
tak sanggup melawan Umar yang perkasa, ia tak mampu mengadakan perlawanan. Umar
berhasil merampas senjatanya dan mengikat tangannya kemudian dibawa ke masjid. Setelah
mengikat Tsumamah di salah satu tiang masjid Umar segera melaporkan kejadian ini pada
Rasulullah.
Rasulullah segera keluar menemui orang yang bermaksud membunuhnya itu.
Setibanya di tempat pengikatannya, beliau mengamati wajah Tsumamah baik-baik, kemudian
berkata pada para sahabatnya, “Apakah ada di antara kalian yang sudah memberinya
makan?”.
Para shahabat Rasul yang ada disitu tentu saja kaget dengan pertanyaan Nabi. Umar
yang sejak tadi menunggu perintah Rasulullah untuk membunuh orang ini seakan tidak
percaya dengan apa yang didengarnya dari Rasulullah. Maka Umar memberanikan diri
bertanya, “Makanan apa yang anda maksud wahai Rasulullah? Orang ini datang ke sini ingin
membunuh bukan ingin masuk Islam!” Namun Rasulullah tidak menghiraukan sanggahan
Umar. Beliau berkata, “Tolong ambilkan segelas susu dari rumahku, dan buka tali
pengikat orang itu”.
Walaupun merasa heran, Umar mematuhi perintah Rasulullah. Setelah memberi
minum Tsumamah, Rasulullah dengan sopan berkata kepadanya, “Ucapkanlah Laa ilaha illa-
Llah (Tiada ilah selain Allah).” Si musyrik itu menjawab dengan ketus, “Aku tidak akan
mengucapkannya!”. Rasulullah membujuk lagi, “Katakanlah, Aku bersaksi tiada ilah selain
Allah dan Muhammad itu Rasul Allah.” Namun Tsumamah tetap berkata dengan nada keras,
“Aku tidak akan mengucapkannya!”
Para sahabat Rasul yang turut menyaksikan tentu saja menjadi geram terhadap orang
yang tak tahu untung itu. Tetapi Rasulullah malah membebaskan dan menyuruhnya pergi.
Tsumamah yang musyrik itu bangkit seolah-olah hendak pulang ke negerinya. Tetapi belum
berapa jauh dari masjid, dia kembali kepada Rasulullah dengan wajah ramah berseri. Ia
berkata, “Ya Rasulullah, aku bersaksi tiada ilah selain Allah dan Muahammad Rasul Allah.”
21
Rasulullah tersenyum dan bertanya, “Mengapa engkau tidak mengucapkannya ketika
aku memerintahkan kepadamu?” Tsumamah menjawab, “Aku tidak mengucapkannya ketika
masih belum kau bebaskan karena khawatir ada yang menganggap aku masuk Islam karena
takut kepadamu. Namun setelah engkau bebaskan, aku masuk Islam semata-mata karena
mengharap keredhaan Allah Robbul Alamin.”
Pada suatu kesempatan, Tsumamah bin Itsal berkata, “Ketika aku memasuki kota
Madinah, tiada yang lebih kubenci dari Muhammad. Tetapi setelah aku meninggalkan kota
itu, tiada seorang pun di muka bumi yang lebih kucintai selain Muhammad Rasulullah.”
Sahabat………..
Apakah kita pengikut ajaran beliau?
Tetapi sejauh mana kita bisa memaafkan kesalahan orang? Seberapa besar kita
mencintai sesama? kalau tidak, kita perlu menanyakan kembali ikrar kita yang pernah
kita ucapkan sebagai tanda kita pengikut beliau…
Sungguh, beliau adalah contoh yang sempurna sebagai seorang manusia biasa. beliau
adalah Nabi terbesar, beliau juga adalah Suami yang sempurna, Bapak yang sempurna,
pimpinan yang sempurna, teman dan sahabat yang sempurna, tetangga yang
sempurna. maka tidak salah kalau Allah mengatakan bahwa Beliau adalah teladan
yang sempurna.
Semoga Shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada beliau, junjungan dan teladan
kita yang oleh Allah telah diciptakan sebagai contoh manusia yang sempurna.

Kesederhanaan ala Rasulallah SAW

Oleh Kusnadi El-Ghezwa*

Kesederhanaan akhir-akhir ini menjadi makhluk langka, apalagi di tengah-tengah perkotaan yang megah. Kesederhanaan identik dengan kebodohan dan kemiskinan. Mereka beranggapan bahwa kesederhanaan adalah hidup yang susah dan identik dengan kehidupan yang menderita, padahal anggapan seperti ini adalah anggapan yang keliru dan jauh dari apa yang telah di ajarkan oleh Rasulallah SAW.

  Sudah seharusnya dalam kehidupan kita sehari hari untuk  selalu meneladani gaya hidup ala Rasulullah tercinta. Karena hidup sederhana bukanlah berarti hidup susah dan menderita karena semua keinginannya tidak terpenuhi, bukan berarti juga meninggalkan meninggalkan kesenangan dunia tapi, kita harus sadar bahwa disetiap kesenangan pasti akan di mintai pertanggung jawabannya, sementara kita sering lupa bahwa kita akan mempertanggung jawabkan nikmat yang kita terima. Seperti:

 Kemudian sungguh, pada hari itu kamu akan ditanya tentang kenikmatan yang
kamu peroleh hari ini ( yang kamu megah megahkan di dunia itu ). ( QS. Al-Takatsur 102:8)

Kisah kesederhanaan Rasulullah saw. terekam dalam sebuah hadits yang menceritakan betapa beliau tidak mempunyai keinginan menumpuk harta, walaupun jikalau mau sangatlah mudah baginya. Ketika Islam telah telah berkembang luas dan kaum muslimin telah memperoleh kemakmuan, Sahabat Umar bin Khattab R.a berkunjung ke rumah Rasulullah saw. ketika dia telah masuk ke dalamnya, dia tertegun melihat isi rumah beliau, yang ada hanyalah sebuah meja dan alasnya hanya sebuah jalinan daun kurma yang kasar, sementara yang tergantung di dinding hanyalah sebuah geriba (tempat air) yang biasa beliau gunakan untuk berwudhu.

Keharuan muncul dalam hati Umar Ra. Tanpa disadari air matanya berlinang, maka kemudian Rasulullah saw menegurnya. “gerangan apakah yang membuatmu menangis?” Umarpun menjawabnya, “bagaimana aku tidak menangis Ya Rasulallah? Hanya seperti ini keadaan yang kudapati di rumah Tuan. Tidak ada perkakas dan tidak ada kekayaan kecuali sebuah meja dan sebuah geriba, padahal di tangan Tuan telah tergenggam kunci dunia Timur dan dunia Barat, dan kemakmuran telah melimpah.” Lalu beliau menjawab “Wahai Umar aku ini adalah Rasul Allah, Aku bukan seorang Kaisar dari Romawi dan bukan pula seorang Kisra dari Persia. Mereka hanya mengejar duniawi, sedangkan aku mengutamakan ukhrawi.

Kata-kata Aku bukan Kaisar Romawi, Aku bukan Kisra Persia, tidak berarti Rasulullah tidak memiliki kesempatan, mengingat keterangan Umar bahwa di tangan Rasulullah-lah tergenggam kunci dunia Timur dan dunia Barat. Namun niat Rasulullah saw dalam kalimat terakhir itu merupakan kata paling berharga “Mereka hanya mengejar duniawi, sedangkan aku mengutamakan ukhrawi.”. Apa yang diisyaratkan Rasulullah saw sangatlah jelas, bahwa tidak selamanya hidup dengan kemewahan dan gelimang harta adalah berkwalitas, justru sebaliknya.

Seringkali kehidupan semacam itu menjadikan hidup terasa kering dan sunyi, sombong dan akan lebih menjauhkan diri kita dari cinta dan kasih Allah. Kondisi seperti ini adalah seburuk  buruk hati, bukankah Allah sangat membenci sesuatu yang serba berlebih lebihan? Ingatlah kesederhanaan adalah kemuliaan, kesederhanaan baru bisa terwujud kala kita menyadari bahwa hidup di dunia hanyalah persinggahan dari perjalanan panjang manusia menuju Tuhan.

* Adalah Mahasiswa s1 Universitas Ta’limul ‘Atiq Imam Nafie, Maroko dan Kontributor ISCO (Islamic Studies Center Online)
  

Refleksi Maulid nabi Muhammad SAW

Kehidupan baru

Tanggal 12 Rabiul Awal merupakan tanggal bersejarah bagi umat Islam di seluruh dunia, karena pada tanggal tersebut lahir seorang rasul yang membawa risalah Islam. Beliau adalah Nabi Besar Muhammad saw. Beliau adalah nabi terakhir (khataman nabiyin) yang diutus Allah SWT. untuk memperbaiki akhlak manusia. Nabi Muhammad SAW adalah pusat keteladanan. Segala ucapan dan tindakannya menjadi rujukan umat Islam, dulu dan sekarang. Haditsnya menjadi sumber hukum (mashdar al-hukm) kedua setelah Alquran. Begitu tinggi kedudukan Muhammad di hadapan umat Islam, maka momen-momen penting dalam kehidupannya selalu dikenang, dirayakan, dan diperingati. Mulai dari kelahirannya, pengangkatannya sebagai nabi, pendakian spiritualnya yang tak tepermanai berupa isra’-mi`raj hingga migrasinya dari Mekah ke Madinah. Berbeda dengan kematian yang merupakan pertanda kesementaraan manusia dan juga keterbatasan seorang nabi, maka kelahiran Nabi Muhammad dianggap sebagai pertanda kehidupan baru, perubahan sosial. Itu sebabnya, jika waktu kelahirannya dirayakan, maka saat kematiannya tidak Peringatan maulid nabi yang diperingati setiap tanggal 12 Rabiul Awal pada hakekatnya sebagai upaya mengingat kembali hari kelahiran dan sejarah hidup nabi, meningkatkan komitmen memegang teguh ajarannya dan menjadikan beliau sebagai figur teladan utama bagi kaum muslimin khususnya dan setiap manusia pada umumnya. Memperingati hari lahir Nabi saw. tidaklah dimaksudkan untuk mengkultuskannya, karena beliau tidak membolehkan umat mengkultuskannya, apa lagi bila seseorang melakukan pengkultusan manusia biasa, seperti banyak terjadi dikalangan masyarakat saat ini.

Sejarah Maulid Nabi.

Dalam catatan historis, Maulid dimulai sejak zaman kekhalifahan Fatimiyah di bawah pimpinan keturunan dari Fatimah az-Zahrah, putri Muhammad.Perayaan ini dilaksanakan atas usulan panglima perang, Shalahuddin al-Ayyubi (1137M-1193 M), kepada khalifah agar mengadakan peringatan hari kelahiran Muhammad. Tujuannya adalah untuk mengembalikan semangat juang kaum muslimin dalam perjuangan membebaskan Masjid al-Aqsha di Palestina dari cengkraman kaum Salibis. Yang kemudian, menghasilkan efek besar berupa semangat jihad umat Islam menggelora pada saat itu. Peringatan maulid nabi biasanya dilakukan dalam berbagai bentuk, ada yang mengadakan tablig akbar dengan mendatangkan ulama terkenal, membaca shalawat nabi dan aneka tradisi lainnya yang berkembang dimasyarakat. Kita percaya bahwa itu semua merupakan bentuk ekpresi kecintaan kaum muslimin terhadap nabi yang dicintainya. Peringatan maulid nabi tentu tidak sama dengan peringatan hari ulang tahun yang banyak diselenggarakan kalangan borjuis di negeri ini.

Figure pemimpin  yang sukses

Muhammad saw memang pemimpin yang betul-betul cemerlang pribadinya. Walaupun tidak mempunyai istana, tidak memakai mahkota, tidak memakai tanda jasa, juga tidak duduk disinggasana, tetapi tidak berkurang kemuliaannya sampai detik ini. Beliau adalah figure pemimpin yang sukses dalam segala sisi. Ucapan dan tindaknnya menjadi  mutiara ilmu yang bertumpuk-tumpuk (dibukukan dalam hadis) sepanjang masa. Tidak akan lapuk oleh hujan dan tidak akan layu oleh panasnya rotasi kehidupan. Kesederhanaan, keteladanan, kesahajaan, dan pengorabanannya untuk umat menjadi ciri sukses. Beliau mampu mendirikan Negara dan titik awal ditengah-tengah bangsa yang tidak memiliki pengalaman politik selain organisasi kesuksesan. Tidak luput, beliaupun berhasil menetapkan norma-norma hukum yang lebih kosmopolit dan manusiawi daripada hukum yang telah ada saat itu. Perjanjian multigama dan etnis yang diprakarsai oleh Nabi itu mengandung dua prinsip yaitu kesetaraan (equality) dan keterbukaan (inklunsivisme) .

Salah satu factor kesuksesan Nabi tersebut tertera dalam sabdanya,”sayyidul Qoumi Khodimuhum” pemimpin suatu kaum adalah pelayannya. Karena sebagai pelayan, maka pemimpin harus memperhatikan kebutuhan dan kemauan rakyat yang dipimpin. Beliau selalu mengalah demi kepentingan rakyat yang di pimpinnya. Baginya, kepuasan batin adalah apabila mampu memuaskan rakyat yang di pimpinnya. Setiap hari belaiau berfikir bagaimana rakyat bisa cukup ekonominya, maju pendidikannnya, luhur moralitas dan mentalitasnya, hidup penuh kedamaian, kebahagiaan, persaudaraan, kekeluargaan, tidak ada dendam, iri hati, dengki dan perilaku negative lainnya. Semua karakteristik Nabi tersebut terhimpun dalam sifat kenabian yang jumlahnya ada empat  pertama Shiddiq,(jujur) kedua, Amanah , (dapat dipercaya)ketiga, Tabligh,(kredibel) dan yang keempat Fathanah (cerdas).


Tak heran melihat prestasi Muhammad ini seorang sejarawan Barat, Michael Hart (1986) menempatkan Nabi penutup ini pada posisi pertama seratus tokoh berpengaruh dalam sejarah. Pengakuan Hart memiliki landasan argumentasi epistimologis-historis. Paling tidak, bukti dan argumentasi penilaian tersebut didasarkan antara lain pada implikasi kehadiran Nabi Muhammad saw dalam membawa agama islam sebagai cahaya kegelapan dunia yang sudah dirasuki ketamakan, kejahatan, kebiadaban, dan ketidakadilan. Nabi mampu merubah semuanya menjadi indah, sempurna laksan taman surga.

*Penulis : Kusnadi El-Ghezwa

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Lady Gaga, Salman Khan