lundi 9 juillet 2012

Marhaban Ya Ramadhan



Tuhanku Yang Maha Pengasih
Akulah hambamu yang tak berdaya
Yang tak mengerti apa-apa
Yang tak punya apa-apa
Yang tak bisa apa-apa
Kecuali dengan daya dan kekuatan-Mu
Serta apa-apa yang telah Kau berikan padaku
Hingga aku bisa bersusjud dan berserah diri pada-Mu

Tuhanku Yang Maha Pengasih
Ku mohon ampun pada-Mu
Yang selama ini jauh dari-Mu
Yang selama ini lupa atas karunia-Mu
Yang selama ini lalai terhadap perintah-Mu
Yang selama ini mengabaikan larangan-Mu
Kini kudekatkan diri dan bersimpuh ditempat suci-Mu
Memohon petunjuk-Mu atas semua kesalahanku

Ya Allah Ya Tuhanku
Dalam do’aku sering kusampaiakan dengan memaksa dan tak tau malu
Seolah akulah yang lebih tahu dariMu apa yang terbaik buatku
Do’aku bukan harapan, tapi itu keharusan
Dan ketika ada satu yang tidak Kau kabulkan
Seolah hilang seluruh nikmat yang Kau berikan
Dan musnah sudah impian yang ku harapkan

Ya Allah Ya Tuhanku
Tak terasa waktu yang telah kujalani setahun sudah terlewati
Tinggal hitungan hari Ramadhan mengunjungiku kembali
Kau beri kesempatan dengan mendatangkan lagi Ramadhan buatku
Ketika aku masih saja tak mampu mensyukuri Ramadhan-Mu yang lalu
Hari-hari-Mu masih saja kulalui tanpa isi, tanpa makna dan tanpa syukur
Ya Allah bimbinglah aku agar bisa bersyukur dan terhindar dari sifat kufur

Ya Allah Yang Maha Suci
Sucikanlah hatiku dalam menyambut bulan suci ini
Agar aku tidak tersesat dan tenggelam di samudra sunyi
Berikanlah kekuatan dalam mengarungi bulan yang penuh ampunan ini
Agar aku mendapatkan malam Lailatul Qodar yang penuh misteri
Berikanlah sepercik cahaya-Mu sebagai petunjuk langkah hidupku ini
Agar setiap galau yang menghampiri dapat kusuruh pergi dan tak kembali
Setiap manusia dilahirkn didunia ini dalam keadaan fitrah dan suci dari segala noda. Namun,seiring brjalannya sang waktu,setitik demi setitik noda mengotori hati mausia. Kadang,dihati selalu berprasangka. dilidah selalu salah bicara dan mata selalu salah melihat dan menduga. Tapi inilah mausia. Tak pernah lupa dari dosa. Dari itu, marilah kita saling memaafkan atas semua kesalahan yang pernah dilakukan,baik sengaja atau gak disengaja. Selamat menymbut bulan suci Ramadhan.. Marhaban Ya Ramadhan.. Semoga dibulan yang suci ini, kita kembali suci dan mendapatkan ampunan dari Yang Maha Kuasa. Amin.

lundi 14 mai 2012

Jangan Di Baca Kecuali Lelaki Dan Perempuan Dewasa


Sungguh aneh tapi nyata, entah dari mana asalnya dan siapa yang memulainya sehingga ada doktrin  atau tradisi yang mengatakan bahwa pacaran itu hukumnya wajib bagi remaja. Kalau ada remaja gak pacaran berarti belum komplit alias belum sempurna dikatakan remaja. Ya..budaya ini ternyata bukan cuma di Indonesia saja tapi hampir di belahan dunia terjangkit dengan virus ini.  Di Amerika, dari film-film yang kita tonton dan dari cerita yang kita baca, pacaran itu seperti sholat lima waktu yang wajib dikerjakan. Karena pacaran  mereka adalah suatu keawaiban sehingga mereka tidak malu melakukan ciuman yang sering di peragakan di tempat-tempat umum, ditaman, di bioskop dsb. Jugaa tidak sedikit remaja dari amerika dan eropa yang melakukan seks bebas sebatas S3 alias suka sama suka-naudzubillah.


Tapi benarkah itu cuma ada di Amerika dan Eropa yang mewakili bangsa barat? Sayangnya enggak juga. Di tanah air tercinta ini dari yang kita lihat ternyata udah seperti fotokopiannya Amerika. Dimana-mana, di jalanan, ngak sedikit remaja putri di peluk pacarnya. Terakhir hasil penelitian yang dilakukan Lembaga Studi Cinta dan Kemanusiaan serta Pusat Pelatihan Bisnis dan Humaniora (LSCK PUSBIH) Yogyakarta menunjukan hampir 97,07 % mahasiswa yang kuliah disana sudah tidak gadis lagi, karena pergaulan bebas_astagfirullah. Kalau di Maroko kira2 ada gak yah??  :D

Kalau kamu punya saudara perempuan, kamu pantas cemas. Begitu juga orang tua yang punya anak perempuan. Khawatir godaan pergaulan bebas semakin menjadi-jadi.

Pada masa Rasulullah SAW, ada sebuah peristiwa menarik tentang pergaulan bebas. Dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hambal di ceritakan bahwa ada seorang pemuda yang mendatangi Rasulullah SAW, dan berkata,

“Duhai Rasulullah, izinkanlah aku untuk berzina.” Orang-orang yang berada di sekitarnya marah, tetapi Rasulullah SAW menyuruh pemuda itu mendekat dan duduk. Kata beliau,

“Apakah engkau suka (zina terjadi) pada ibumu?”
“Tidak, demi Allah yang menjadikan diriku sebagai tebusan bagi dirimu,” jawab pemuda itu.
“Maka orang-orang pun tidak suka bila itu terjadi pada ibu-ibu mereka,” kata Rasulullah SAW.

Beliau SAW, bertanya lagi pada pemuda itu, “Apakah engkau suka (zina terjadi) pada anak perempuanmu?”
“Tidak, demi Allah wahai Rasulullah. Dialah yang menjadikan diriku sebagai tebusan bagi dirimu,” jawab pemuda itu.
“Dan orang-orang pun tidak menyukainya terjadi pada anak-anak perempuan mereka,” kata Rasulullah SAW.

Beliau SAW bertanya lagi, “Apakah engkau suka (zina terjadi) pada saudara perempuanmu?”
“Tidak, demi Allah yang menjadikan diriku sebagai tebusan untukmu,” lagi-lagi pemuda itu menjawab.
“Dan orang-orang pun tidak suka itu terjadi pada saudara-saudara perempuan mereka,” kata Rasulullah SAW.

Beliau SAW bertanya lagi, “Apakah engkau suka (zina terjadi) pada bibimu?”
“Tidak, demi Allah yang menjadikan diriku sebagai tebusan untukmu,” lagi-lagi pemuda itu menjawab.
“Demikian pula orang-orang tidak suka itu terjadi pada bibi-bibi mereka,” kata Rasulullah SAW. Kemudian Beliau SAW meletakkan tangannya pada pemuda itu dan berdo’a, “Ya Allah ampunilah dosa-dosanya, sucikanlah hatinya, dan jagalah kemaluannya.”

Menyimak peristiwa di atas, sebaiknya para cowok mengukur diri. Bila kita enggak suka ada laki-laki yang mengganggu, melecehkan apalagi menodai ibu kita, saudara perempuan kita, atau mungkin bibi kita, jangan sampai kita melakukan hal yang serupa pada semua perempuan yang ada di bumi ini. Bukanlah orang lain mempunyai perasaan yang sama dengan kita, tidak ingin keluarganya diganggu?

Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada dosa yang lebih besar di sisi Allah setelah syirik dari perbuatan seorang laki-laki yang menumpahkan air maninya pada rahim yang tidak halal baginya.”(HR.Imam Abi Dunya)

Kita bayangkan klo semua pria di dunia berpikiran yang sama dengan pemuda yang ada dalam kisah diatas, bersihlah masyarakat kita dari berbagai perbuatan yang keji itu.

Buat kamu saudariku, sadarlah kalau hubungan sex di luar pernikahan bukan cinta, bahkan nggak ada hubungannya sama sekali dengan cinta. Waktu teman pria kamu merayu, atau memaksa kamu buat nurutin keinginan jahatnya, sebenarnya dia enggak mencintai kamu, malah cuma kepingin memanfaatkan kamu. Seseorang yang mencintai orang lain pasti akan menjaga kehormatan dan kesucian orang yang dicintainya, bukan malah merusaknya.

Dan untuk saudara dan saudariku, janganlah tergoda dengan propaganda atau cerita-cerita orang-orang yang pernah melakukan perbuatan keji itu. Apa yang mereka bilang asyik dan menyenangkan hakikatnya adalah penderitaan di masa depan. Bayangin, betapa bencinya Allah pada orang-orang yang melakukan perzinaan.

Wahai saudariku, jagalah harga dirimu, kehormatanmu, dan faraj-mu (kemaluan). Boleh aja pacarmu bilang, “aku pasti bertanggung jawab,” tapi itu adalah tanggung jawab di dunia, sementara di akhirat sana setiap orang bakal bertanggung jawab pada perbuatannya masing-masing. Nggak bakalan bisa seorang melimpahkan urusan pahala dan dosa pada orang lain.

“…dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberikan-Nya kepadamu apa yang kamu perselisihkan.”(QS.AlAn’aam :164)

Belajar dari pengalaman orang lain, cowok yang memiliki kelukuan macam itu adalah cowok buaya yang nggak bakalan bertanggung jawab atas perbuatannya. Abis pacarnya hamil, mungkin dia akan kabur dan mencari pacar baru, atau menyuruh pacarnya yang udah telat haid untuk mengaborsi kandungannya. Hiiiiiih…!

Dengan begitu wahai para cowok (wah aku termaksud ney), harap di ingat bahwa pacarmu bukan istrimu. Dan buat para cewek, pacarmu bukan suamimu. Sama sekali enggak ada ikatan apa-apa diantara kalian berdua. Sayang kan masa depan kalian berdua. Jangan hancurkan hanya dengan perasaan “cinta” yang enggak jelas juntrungannya.

Terakhir tapi ini yang terpenting, pacaran itu sendiri budaya yang asing dalam islam. Bahkan islampun enggak merestuinya, karena kenyataannya pacaran lebih berupa amalan mendekati zina dari pada alasan untuk ta’aruf (saling kenal) atau silaturahmi, atau apalah alasannya. Langkah yang benar adalah enggak melakukan pacaran, dari pada jatuh dalam perangkap setan. Apalagi kalau pacaran itu sekedar main-main belaka.

“Dan janganlah kamu mendekati perbuatan zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk,”(QS.Al-Isra : 32)

Wallahu a’lam.


dimanche 8 avril 2012

“Kiat” Menjemput Maut

lkisah menurut shirah, pernah Nabi Ibrahim as berdialog dengan Malaikat Maut soal sakratulmaut. Sahabat Allah itu bertanya, ”Dapatkah engkau memperlihatkan rupamu saat engkau mencabut nyawa manusia yang gemar berbuat dosa?”Malaikat menjawab pendek: ”Engkau tak akan sanggup.””Aku pasti sanggup,” tegas beliau.”Baiklah, berpalinglah dariku,” pinta si Malaikat.Saat Nabi Ibrahim as berpaling kembali, di hadapannya telah berdiri sesosok makhluk berkulit legam dengan rambut berdiri, berbau busuk, dan berpakaian serba hitam. Dari hidung dan mulutnya tersembur jilatan api. Seketika itu pula Nabi Ibrahim as jatuh pingsan! Ketika tersadar kembali, beliau pun berkata kepada Malaikat Maut, ”Wahai Malaikat Maut, seandainya para pendosa itu tak menghadapi sesuatu yang lain dari wajahmu di saat kematiannya, niscaya cukuplah itu menjadi hukuman untuknya.”Di kesempatan lain, kisah yang diriwayatkan oleh ‘Ikrimah dari Ibn ‘Abbas ini, menceritakan Nabi Ibrahim as meminta Malaikat Maut mengubah wujudnya saat mencabut nyawa orang-orang beriman. Dengan mengajukan syarat yang sama kepada Ibrahim as, Malaikat Maut pun mengubah wujudnya. Maka di hadapan Nabi yang telah membalikkan badannya kembali, telah berdiri seorang pemuda tampan, gagah, berpakaian indah dan menyebar aroma wewangian yang sangat harum.”Seandainya orang beriman melihat rupamu di saat kematiannya, niscaya cukuplah itu sebagai imbalan amal baiknya,” kata Nabi Ibrahim as.Dari nukilan kisah itu, apakah bisik-bisik misteri tentang penampakan Malaikat Maut menjelang ajal seseorang benar adanya? Dalam pergaulan sehari-hari, kita sering mendengar kisah dari mulut ke mulut, misalnya tentang seseorang yang tiba-tiba melihat ”sesuatu” ketika salah seorang kerabatnya tengah menghadapi maut. Apakah itu berupa bayangan hitam, putih, atau pun hanya gumaman dialog mirip kata-kata yang dilontarkan oleh orang yang mengigau.Namun yang pasti selain Nabi Ibrahim as, dari beberapa riwayat, Nabi Daud dan Nabi Isa as juga pernah dihadapkan pada fenomena penampakan Malaikat Maut itu. Kisah sakratulmaut itu belum seberapa bila dibandingkan dengan sakratulmaut itu sendiri. Sakratul maut adalah sebuah ungkapan untuk menggambarkan rasa sakit yang menyerang inti jiwa manusia dan menjalar ke seluruh bagian tubuh, sehingga tak satu pun bagian yang terbebas dari rasa sakit itu. Malapetaka paling dahsyat di kehidupan paripurna manusia ini memberi rasa sakit yang berbeda-beda pada setiap orang.Untuk menggambarkan rasa itu, pernah Rasulullah SAW berkata: ”Kematian yang paling mudah adalah serupa dengan sebatang duri yang menancap di selembar kain sutera. Apakah duri itu dapat diambil tanpa membawa serta bagian kain sutera yang terkoyak?”Tapi di bagian lain Rasulullah — seperti yang dikisahkan oleh Al-Hasan — pernah menyinggung soal kematian, cekikan, dan rasa pedih. ”Sakitnya sama dengan tiga ratus tusukan pedang,” sabda beliau.Diriwayatkan, ketika ruh Nabi Ibrahim as akan dicabut, Allah SWT bertanya kepada Ibrahim: ”Bagaimana engkau merasakan kematian wahai kawanku?”Beliau menjawab, ”Seperti sebuah pengait yang dimasukkan ke dalam gumpalan bulu basah yang kemudian ditarik.””Yang seperti itulah, sudah Kami ringankan atas dirimu,” firman-Nya.Tentang sakratulmaut, Nabi SAW bersabda, ”Manusia pasti akan merasakan derita dan rasa sakit kematian, dan sesungguhnya sendi-sendinya akan mengucapkan selamat tinggal satu sama lain seraya berkata ‘Sejahteralah atasmu; sekarang kita saling berpisah hingga datang hari kiamat kelak’.”Ustadz Aam Amirullah, da’i Radio OZ Bandung, menuturkan bahwa Rasulullah saw sendiri menjelang akhir hayatnya berucap ”Ya Allah ringankanlah aku dari sakitnya sakratulmaut” berulang hingga tiga kali. Padahal telah ada jaminan dari Allah SWT bahwa beliau akan masuk surga. ”Lalu, mari kita bandingkan tingkat keimanan dan keshalehan beliau dengan kita, yang hanya manusia biasa ini,” lanjut Aam. Maka sekitar 200-an hadirin yang memadati Aula Kantor Pusat PT Pos Indonesia, Bandung, mendadak tercekam hening.Untung banyolan KH Abdullah Gymnastiar — yang menyapa hadirin dengan sebutan ‘Calon Jenazah’ — segera memecah keheningan. Kematian, menurut Aa’ Agim, mestinya tak perlu menjadi sesuatu yang perlu ditakuti, tapi sebaliknya harus senantiasa dirindukan. Jika sesuatu itu begitu dirindukan, logikanya menurut dia, berarti ingin cepat-cepat pula ditemui. ”Barangsiapa membenci pertemuan dengan Allah, maka Allah akan benci bertemu dengannya,” sabda Rasulullah SAW.Maka, terhadap manusia yang tak pernah tergugah dengan kematian manusia lain, Aa’ Agim secara guyon menyebutnya sebagai golongan ”mandom” alias manusia domba. ”Seperti domba di Idul Kurban. Terus makan rumput sambil menatap kawan-kawannya disembelih, padahal dia bakal dapat giliran juga,” tambah pimpinan Pesantren Daarut Tauhiid ini.Agim menganalogikan orang dalam golongan ini sebagai orang bodoh, yang meski telah diberi modal hidup tapi terhambur dengan sia-sia. ”Semakin banyak kesia-siaan yang kita lakukan, maka semakin tinggi pula tingkat kebodohan kita. Sebaliknya, orang yang paling cerdas adalah orang yang paling sering mengingat ajal dan paling banyak mempersiapkan diri menghadapi maut,” katanya.Khusnulkhotimah, menurut Agim, adalah suatu karunia Allah SWT yang khusus diberikan kepada manusia. Kyai yang kocak ini bilang, tak ada ceritanya muda foya-foya, tua kaya raya, mati masuk surga. Khusnulkhotimah itu seperti hadiah buat manusia, atas upaya manusia yang sungguh-sungguh menjalankan tugas hidup di dunia ini. ”Seperti mahasiswa yang belajar mati-matian, lalu lulus dengan predikat summa cum laude.”Jadi jangan pernah berpikir bagaimana supaya kita bisa mendapatkan khusnulkhotimah terlebih dulu. ”Kata-kata mati, harusnya mampu kita hadirkan dalam hati kita setiap hari,” paparnya.Sabda Rasulullah yang menyatakan bahwa dengan banyak-banyak mengingat maut menjadikan seseorang menjadi makhluk yang produktif, cermat, dan selektif, adalah benar adanya, menurut Agim. ”Ini karena setiap pekerjaan yang dilakukannya dianggap sebagai pekerjaan terakhirnya. Karena maut itu bisa datang kapan saja.” Sebaliknya, kalau Allah belum memberi izin, maut tak akan datang. Agim memberi anekdot seperti orang yang bekeinginan bunuh diri di rel kereta api. Sesaat kereta melintas, ternyata badannya masih utuh. Karena ternyata ia berada di lintasan dengan tiga jalur rel.Dengan selalu mengingat maut, intinya kematian menjadi semacam bahan bakar agar manusia mampu hidup produktif dan bermanfaat. Menurut Aam Amirullah, ada empat ”selalu” agar manusia memiliki manfaat hidup. Pertama, selalu bermunajat kepada Allah SWT; kedua, selalu mengevaluasi dan mengintospeksi diri sendiri; ketiga, selalu bertafakur, mengasah diri dan ilmu; dan keempat, selalu memenuhi hak hidup, seperti makan, minum, tidur dengan teratur. ”Jadi sebelum kita mendekati sakratulmaut, Rasulullah sudah memberi solusi kepada manusia. Jika ajal telah tiba, tak perlu kita takut menghadapinya,” tambah Aam.***Republika, 29 Mei 1999

Kisah Hatib Ibnu Balta’ah


Di Makkah ia tidak mempunyai kedudukan yang tinggi karena ia bukan dari keluarga bangsawan, juga bukan dari keluarga pembesar, bukan hartawan dan bukan pedagang. Tujuan hidupnya yang utama adalah mencintai Allah dan Rasul-Nya, dan itu telah memberinya kemuliaan dan kehormatan. Di antara penghormatan Rasulullah SAW kepada Hatib yaitu baginda SAW telah mengutus ia agar datang kepada Al-Muqauqis, seorang pembesar suku Qibti dari Mesir, untuk menyampaikan surat Rasulullah yang isinya menyeru pada Al-Muqauqis ke dalam Islam.

Setelah Al-Muqauqis membaca surat baginda tersebut dengan cermat, ia memandang Hatib dan bertanya padanya: “Bukankah sahabatmu itu seorang Nabi?” Jawab Hatib. “Benar, baginda adalah utusan Allah.” Mendengar jawaban Hatib, Al-Muqauqis mengirimkan beberapa hadiah kepada Rasulullah SAW di antara hadiah itu seorang hamba wanita bernama Mariyah Al-Qibtiyah.

Hatib Ibnu Balta’ah adalah seorang penduduk Yaman, ia adalah sahabat Zubair Ibnu Awwam. Ketika ia berhijrah ke Madinah, ia meninggalkan anak dan saudara-saudaranya. Pada masa jahiliyah, ia seorang penunggang kuda yang berani dan penyair ulung. Bait-bait syairnya sering disebarkan oleh para perawi dan dilagukan para kafilah dagang Arab. Ia masuk Islam ketika ia masih muda belia. Dan ia sangat tekun mempelajari syariat Islam dan ajarannya ketika ia masih muda. Selain itu pada perang Badar, ia turut bergabung dalam jihad fisabilillah; dan ia juga ikut bersama Rasulullah pergi ke Al-Hudaibiyah dan menyaksikan “Baiatur Ridwan.”

Pada tahun 8 H. di saat Rasulullah SAW sedang sibuk mempersiapkan penaklukan kota Makkah sebagaimana yang telah dijanjikan oleh Allah, ketika itu fikiran Hatib gundah gulana. Ia sedih memikirkan anak-anaknya dan keluarganya yang tidak aman daripada penganiayaan kaum Quraisy, karena di Makkah mereka tidak mempunyai pelindung yang dapat melindungi dan menjaga mereka daripada musuh-musuh Islam. Bisikan-bisikan syaitan selalu menggoda fikirannya hingga ia merasa kalut, dan fikirannya buntu. Maka ia memutuskan akan mendekati kaum musyrikin Quraisy dengan memberitahu pada mereka mengenai rahasia-rahasia kekuatan senjata yang telah dipersiapkan Rasulullah untuk penaklukan atas kota Makkah.

Tidak pernah terfikirkan olehnya, bahwa perbuatan itu merupakan pengkhianatan terhadap Allah dan Rasul-Nya, dan bahwa rahasia tentara adalah amanat yang ada di bahu para perajurit. Bila salah satu rahasia sampai dibocorkan, maka perajurit tersebut akan mendapat amarah dari Allah, malaikat-Nya dan semua kaum muslimin, karena ia membocorkan rahasia kekuatan askar yang akan menghadapkan pasukannya pada bahaya dan sekaligus menghadapkan tanah air pada kebinasaan.

Itulah langkah yang terburuk dalam kehidupan Hatib Ibnu Balta’ah. Ia bertekad untuk memberitahu kaum Quraisy tentang tentara Islam yang telah dipersiapkan Rasulullah SAW. Cahaya iman telah padam di hatinya. Ia tidak lagi memikirkan keagungan akidah. Maka dengan tangan gementar ia mulai menulis surat kepada pembesar-pembesar Quraisy, membuka rahasia askar Islam yang dipersiapkan secara matang oleh Rasulullah ke Makkah, agar mereka mempunyai gambaran atas keadaan kaum muslimin Madinah.

Surat itu diserahkan kepada seorang wanita. Ia menyuruh wanita tersebut agar merahasiakan surat itu di sanggul rambutnya sehingga jika ada orang yang menghadang kenderaannya, maka surat itu tidak akan diketahui. Ia berjanji pada wanita itu akan memberi hadiah yang mahal bila surat itu telah sampai di tangan pembesar Quraisy. Baru saja wanita tersebut meninggalkan Madinah, malaikat Jibril segera memberitahu Rasulullah tentang apa yang telah dilakukan Hatib. Maka Rasulullah cepat-cepat memanggil Ali Ibn Abi Thalib dan Zubair Ibn Awwam. Baginda berkata: “Kejarlah wanita itu, ia memberitahu surat Hatib untuk para pembesar Quraisy yang isinya menerangkan mereka tentang persiapan yang telah kita himpun dalam menaklukkan mereka.”

Ali dan Zubair bergegas keluar mencari wanita itu dan keduanya menemukan wanita tersebut di daerah Raudhah Khah, 7 batu dari Madinah. Ketika Ali ra. menyuruh wanita itu supaya mengeluarkan surat Hatib, wanita itu tidak mengaku kalau ia sedang membawa surat. Maka Ali pun berdiri dan memeriksa kenderaannya, tetapi ia tidak menemukan surat itu.

Akhirnya dengan marah Ali memandang wanita itu dan berkata: “Aku bersumpah kepada Allah bahwa Rasulullah tidak pernah berdusta. Sekarang kamu harus pilih apakah kamu mau menyerahkan surat itu kepadaku, ataukah aku harus menelanjangi kamu!” Setelah Ali bersikap kasar dan memberi dua pilihan, akhirnya wanita itu berkata: “Berpalinglah.” Setelah itu Ali membalikkan badan kemudian wanita itu membuka ikatan rambutnya dan mengeluarkan surat darinya, lalu menyerahkan surat itu kepada Ali.

Ali dan Zubair segera kembali kepada Rasulullah dengan membawa surat Hatib. Rasulullah menghadirkan Hatib Ibn Abu Balta’ah dan bertanya kepadanya, “Wahai Hatib, apa yang mendorong kamu berbuat demikian?” Maka oleh Hatib dijawab dengan nada terputus-putus: “Wahai Rasulullah, janganlah tergesa-gesa menghukum diriku. Semua itu kulakukan karena aku bukan dari golongan Quraisy, di Makkah aku masih mempunyai sanak saudara. Maka aku ingin kaum Quraisy menjaga keluargaku di Makkah. Dan sungguh, itu aku lakukan bukan karena aku telah murtad dari Islam, dan bukan pula aku rela kepada kekufuran sesudah iman.”

Rasulullah memandang semua sahabat yang hadir dengan wajah bersinar, dan baginda berkata kepada mereka: “Bagaimana pun juga, ia telah berkata jujur.”

Suasana majlis menjadi hening sejenak, tiba-tiba Umar berkata: “Wahai Rasulullah, izinkan aku memenggal leher orang munafik ini.”

Umar berpandangan bahwa membocorkan rahasia-rahasia askar Islam merupakan pengkhianatan terhadap Allah dan Rasul-Nya, maka balasannya adalah harus dibunuh. Orang yang mengadakan hubungan dengan musuh, maka balasannya adalah dijatuhi hukuman mati.

Sementara itu Rasulullah telah memaafkan Hatib karena ia telah mengakui dosanya. Selain itu baginda mengingat perjuangan Hatib di masa lalu karena ia berjuang di medan perang Badar, sehingga banyak pasukan musyrikin yang mati di bawah tebasan pedangnya. Ia berani menghadapi bahaya dengan menerjang barisan musuh. Rasulullah juga mengingat posisi Hatib pada hari Bai’atur Ridwan di bawah sebuah pohon yang diberkahi, di mana pada saat itu para malaikat menyaksikan orang-orang mukmin yang sedang mengulurkan tangan mereka untuk berbaiat kepada Rasulullah.

Atas tiga dasar itu, maka baginda memandang Umar dan berkata: “Wahai Umar bagaimana pendapatmu, jika Allah telah memberi kelonggaran pada pejuang Badar?” Allah berfirman dalam Al-Ouran surah Al-Mumtahanah ayat 1 yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadikan musuh-Ku dan musuhmu sebagai teman-teman setia, (sehingga) kamu menyampaikan kepada mereka (berita-berita) Muhammad, dikarenakan rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu, mereka mengusir Rasulullah dan (mengusir) kamu karena kamu beriman kepada Allah, Tuhanmu. Jika kamu benar-benar keluar untuk berjihad di jalan-Ku. Kamu memberitahukan secara rahasia (berita-berita Muhammad) kepada mereka, karena kasih sayang. Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Barangsiapa di antara kamu yang melakukan, maka sesungguhnya ia telah tersesat dari jalan lurus.” Hal lain yang menguatkan diterimanya taubat Hatib; pada suatu hari salah seorang pelayan Hatib datang kepada Rasulullah untuk mengadukan perlakuan Hatib kepadanya, kemudian pelayan itu berkata: “Wahai Rasulullah, kelak sungguh Hatib akan masuk neraka.” Tetapi Rasulullah berkata: “Tidak, karena ia ikut berperang pada peristiwa Badar dan juga ikut dalam perjanjian Hudaibiyah.”

Sejak saat itu, Hatib menangis menyesali perbuatannya. Siang dan malam dilakukan dengan selalu memohon ampunan kepada Allah atas kesesatannya hingga ia meninggal dunia pada usia 53 tahun tepatnya pada tahun 30 H. yaitu pada masa pemerintahan Usman Ibn Affan. Ia menghadapi kematian dengan jiwa yang ridha karena ia tahu bahwa Rasulullah telah memaafkannya meskipun ia telah mengkhianati hak Allah, Rasulullah dan kaum mukminin.
*Oleh: Abdullah Muchtaruddin

Wali Ashif


Nama Wali Ashif memang tidak terdapat dalam Qur’an. Tetapi, konon, sejumlah sufi mengenal beliau bahkan mengamalkan wiridan yang diamalkan Wali Ashif.

Siapa dia sebenarnya? Wali Ashif hidup pada masa Nabi Sulaiman. Dalam surat an-Naml (QS 27: 38-40) diceritakan bagaimana Nabi Sulaiman meminta para pembesar kerajaannya memindahkan singgasana Ratu Bilqis. Jin Ifrit menjawab, “Aku akan datangkan kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya”.

Ucapan Ifrit itu ditimpali oleh seorang yang mempunyai ilmu dari al-Kitab, “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip!” Nabi Sulaiman berkedip, dan singgasana Bilqis sudah berada dihadapannya. Lalu siapa dia yang disifatkan al-Qur’an dengan “seorang yang mempunyai ilmu dari al-Kitab”.

Literatur sufi menyebut orang tersebut bernama Wali Ashif. Sufi yang lain mengatakan bahwa yang dimaksud itu sebenarnya adalah malaikat. Entahlah siapa dia sebenarnya. Yang jelas dia memiliki ilmu dari al-Kitab. Yang pasti dia memiliki kemampuan melebihi jin ifrit. Mari kita pelajari al-Kitab yang diturunkan Allah, mari kita raih cahaya al-Kitab itu. Jika kita mampu menguasai ilmu dari Kitab Suci maka kemampuan gaib kita melebihi kemampuan jin ifrit.

Sayang, kita tidak mau mendalami al-Kitab yang Allah turunkan kepada kita sebagai “petunjuk bagi orang yang bertakwa”. Kita lebih suka bermain-main dengan jin. Kita lebih suka meminta tolong kepada jin. Ah…betapa jauh kita dari tuntunan Allah. Kisah Wali Ashif seharusnya menyadarkan kita bahwa kalau kita mau mendalami kitab suci, maka derajat kita akan naik dan kita sama sekali tak butuh pada bantuan jin.

Ya Ilahana, Ilaha kulli sya’i, ilahan wahidan La ilaha illa anta (Wahai Tuhan kami, Tuhan segala sesuatu, Tuhan yang satu, Tidak ada tuhan kecuali Engkau)

Konon dengan do’a ini Wali Ashif mampu memindahkan singgasana Bilqis sebelum mata Nabi Sulaiman berkedip.


Wallahu a'lam...
*Oleh: Abdullah Muchtaruddin

Taubat Lelaki Yang Sibuk


Diceritakan bahwa ada seseorang menceritakan kepada Hasan Al-Basri: “Wahai Abu Said! Di sini ada seorang lelaki yang tidak mau berkumpul dengan orang ramai. Dia sentiasa duduk sendirian saja.”

Hasan pergi kepada orang yang dimaksudkan itu dan berkata: “Wahai hamba Allah! Aku melihat engkau suka duduk menyendiri saja. Mengapa engkau tidak suka bergaul dengan orang ramai?”

“Ada suatu perkara yang telah menyibukkan aku dari berkumpul dengan manusia.”

“Sekurang-kurangnya engkau pergi kepada lelaki yang dipanggil sebagai Hasan Al-Basri dan duduk di majlis ilmunya.” kata Hasan lagi.

“Ada satu perkara yang mencegah aku dari berkumpul dengan manusia termasuk Hasan Al-Basri.” Kata lelaki itu.

“Semoga Allah merahmatimu. Apakah gerangan yang sentiasa menyibukkan engkau?”

“Aku setiap hari terjepit di antara nikmat dan dosa. Maka setiap hari diriku sibuk mensyukuri nikmat-nikmat Allah dan sibuk bertaubat atas dosa-dosa tersebut.” Jawab lelaki itu.

“Wahai hamba Allah! Kalau begitu engkau lebih alim dari Hasan Al-Basri. Maka kekalkanlah amalan yang telah engkau lakukan.” Kata Hasan Al-Basri.
*Oleh: Abdullah Muchtaruddin

Mata Yang Tidak Menangis di Hari Kiamat


Semua kaum Muslim berkeyakinan bahwa dunia dan kehidupan ini akan berakhir. Akan datang suatu saat ketika manusia berkumpul di pengadilan Allah Swt. Al-Quran menceritakan berkali-kali tentang peristiwa Hari Kiamat ini, seperti yang disebutkan dalam surah Al-Ghasyiyah ayat 1-16. Dalam surah itu, digambarkan bahwa tidak semua wajah ketakutan. Ada wajah-wajah yang pada hari itu cerah ceria. Mereka merasa bahagia dikarenakan perilakunya di dunia. Dia ditempatkan pada surga yang tinggi. Itulah kelompok orang yang di Hari Kiamat memperoleh kebahagiaan.

Tentang wajah-wajah yang tampak ceria dan gembira di Hari Kiamat, Rasulullah pernah bersabda, “Semua mata akan menangis pada hari kiamat kecuali tiga hal. Pertama, mata yang menangis karena takut kepada Allah Swt. Kedua, mata yang dipalingkan dari apa-apa yang diharamkan Allah. Ketiga, mata yang tidak tidur karena mempertahankan agama Allah.”

Mari kita melihat diri kita, apakah mata kita termasuk mata yang menangis di Hari Kiamat?

Dahulu, dalam suatu riwayat, ada seorang yang kerjanya hanya mengejar-ngejar hawa nafsu, bergumul dan berkelana di teinpat-tempat maksiat, dan pulang larut malam.Dari tempat itu, dia pulang dalam keadaan sempoyongan. Di tengah jalan, di sebuah rumah, lelaki itu mendengar sayup-sayup seseorang membaca Al-Quran. Ayat yang dibaca itu berbunyi: “Belum datangkah waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kenudian berlalulah masa yang panjang atas mereka, lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang yang fasik (Qs 57: 16).

Sepulangnya dia di rumah, sebelum tidur, lelaki itu mengulangi lagi bacaan itu di dalam hatinya. Kemudian tanpa terasa air mata mengalir di pipinya. Si pemuda merasakan ketakutan yang luar biasa. Bergetar hatinya di hadapan Allah karena perbuatan maksiat yang pemah dia lakukan. Kemudian ia mengubah cara hidupnya. Ia mengisi hidupnya dengan mencari ilmu, beramal mulia dan beribadah kepada Allah Swt., sehingga di abad kesebelas Hijri dia menjadi seorang ulama besar, seorang bintang di dunia tasawuf.

Orang ini bernama Fudhail bin Iyadh. Dia kembali ke jalan yang benar kerena mengalirkan air mata penyesalan atas kesalahannya di masa lalu lantaran takut kepada Allah Swt. Berbahagialah orang-orang yang pernah bersalah dalam hidupnya kemudian menyesali kesalahannya dengan cara membasahi matanya dengan air mata penyesalan. Mata seperti itu insya Allah termasuk mata yang tidak menangis di Hari Kiamat.

Kedua, mata yang dipalingkan dari hal-hal yang dilarang oleh Allah. Seperti telah kita ketahui bahwa Rasulullah pernah bercerita tentang orang-orang yang akan dilindungi di Hari Kiamat ketika orang-orang lain tidak mendapatkan perlindungan. Dari ketujah orang itu salah satu di antaranya adalah seseorang yang diajak melakukan maksiat oleh perempuan, tetapi dia menolak ajakan itu dengan mengatakan, “Aku takut kepada Allah”.

Nabi Yusuf as. mewakili kisah ini. Ketika dia menolak ajakan kemaksiatan majikannya. Mata beliau termasuk mata yang tidak akan menangis di Hari Kiamat, lantaran matanya dipalingkan dari apa-apa yang diharamkan oleh Allah Swt.

Kemudian mata yang ketiga adalah mata yang tidak tidur karena membela agama Allah. Seperti mata pejuang Islam yang selalu mempertahahkan keutuhan agamanya, dan menegakkan tonggak Islam. Itulah tiga pasang mata yang tidak akan menangis di Hari Kiamat, yang dilukiskan oleh Al-Quran sebagai wajah-wajah yang berbahagia di Hari Kiamat nanti..

Insya Allah
*Oleh: Abdullah Muctaruddin

Kisah Teladan


Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi SAW beliau bersabda: “Menguap itu dari Syaitan. Maka apabila seseorang di antara kamu menguap, hendaklah ditahannya sedapat mungkin. Sesungguhnya jika seseorang di antara kamu mengatakan “ha” lantaran menguap, tertawalah syaitan.” [Bukhari]

Hadis dari Abu Hurairah r.a: Diriwayatkan daripada Nabi s.a.w katanya: Seorang lelaki berkata: Aku akan memberikan sedekah pada malam ini. Lalu dia keluar membawa sedekahnya dan meletakkannya di tangan seorang perempuan yang berzina yaitu pelacur. Keesokannya orang banyak memperbincangkan mengenai perempuan tersebut yang telah diberikan sedekah pada malam tadi. Lelaki itu berkata: Wahai Tuhanku! Hanya buatMu segala puji-pujian! Sedekahku telah aku berikan kepada wanita yang berzina. Aku akan bersedekah lagi, lalu dia keluar membawa sedekahnya dan meletakkannya di tangan orang kaya. Keesokan harinya orang banyak memperbincangkan mengenai seorang kaya yang telah diberikan sedekah. Lelaki itu berkata: Wahai Tuhanku! Hanya buatMu segala puji-pujian. Sedekahku telah aku berikan kepada seorang yang kaya. Aku akan bersedekah lagi, lantas dia keluar dengan membawa sedekah dan meletakkannya di tangan seorang pencuri. Esoknya orang banyak mulai bercakap-cakap mengenai seorang pencuri telah diberikan sedekah. Dia berkata: Wahai Tuhanku! Hanya buatMu segala puji-pujian! Sedekahku telah aku berikan kepada seorang perempuan zina, pada orang kaya dan pada pencuri. Lalu dia didatangi seseorang dan dikatakan kepadanya: Sedekahmu benar-benar telah diterima. Boleh jadi perempuan zina itu berhenti dari berzina kerana sedekahmu. Orang kaya itu pula dapat mengambil pelajaran dan mau membelanjakan sebagian dari harta yang telah dianugerahkan oleh Allah kepadanya dan mungkin juga pencuri itu akan berhenti dari mencuri karena sedekahmu itu. [Bukhari/Muslim]

Dalam sebuah hadits disebutkan, yang artinya : Janganlah kamu malu bersedekah walaupun setengah Biji korma yang dapat kamu sedekahkan.

Akhirnya …..Marilah kita memperbanyak sedekah meskipun sedikit namun ikhlas.
*Oleh: Abdullah Muctaruddin

Wasiat Rasululloh SAW kepada Aisyah


Saiyidatuna ‘Aisyah r.’a meriwayatkan : Rasulullah SAW bersabda “Hai Aisyah, aku berwasiat kepada engkau. Hendaklah engkau senantiasa mengingat wasiatku ini. Sesungguhnya engkau akan senantiasa di dalam kebajikan selama engkau mengingat wasiatku ini…” Intisari wasiat Rasulullah s.a.w tersebut dirumuskan seperti berikut: Hai, Aisyah, peliharalah diri engkau. Ketahuilah bahwa sebagian besar daripada kaum engkau (kaum wanita) adalah menjadi kayu api di dalam neraka. Diantara sebab-sebabnya ialah mereka itu : 1. Tidak dapat menahan sabar dalam menghadapi kesakitan (kesusahan), tidak sabar apabila ditimpa musibah 2. tidak memuji Allah Taala atas kemurahan-Nya, apabila dikaruniakan nikmat dan rahmat tidak bersyukur. 3.  mengkufurkan nikmat; menganggap nikmat bukan dari Allah (d) membanyakkan kata-kata yang sia-sia, banyak bicara Yang tidak bermanfaat. Wahai, Aisyah, ketahuilah : 1. bahwa wanita yang mengingkari kebajikan (kebaikan) yang diberikan oleh suaminya maka amalannya akan digugurkan oleh Allah 2. bahwa wanita yang menyakiti hati suaminya dengan lidahnya, maka pada hari kiamat, Allah menjadikan lidahnya tujuh puluh hasta dan dibelitkan di tengkuknya. 3. bahwa isteri yang memandang jahat (menuduh atau menaruh sangkaan buruk terhadap suaminya), Allah akan menghapuskan muka dan tubuhnya Pada hari kiamat. 4. bahwa isteri yang tidak memenuhi kemauan suami- nya di tempat tidur atau menyusahkan urusan ini atau mengkhiananti suaminya, akan dibangkitkan Allah pada hari kiamat dengan muka yang hitam, matanya kelabu, ubun-ubunnya terikat kepada dua kakinya di dalam neraka. 5. bahwa wanita yang mengerjakan sembahyang dan berdoa untuk dirinya tetapi tidak untuk suaminya, akan dipukul mukanya dengan sembahyangnya. 6. bahwa wanita yang dikenakan musibah ke atasnya lalu dia menampar-nampar mukanya atau merobek-robek pakaiannya, dia akan dimasukkan ke dalam neraka bersama dengan Isteri nabi Nuh dan isteri nabi Luth dan tiada harapan mendapat kebajikan syafaat dari siapa pun; 7. bahwa wanita yang berzina akan dicambuk dihadapan semua makhluk didepan neraka pada hari kiamat, tiap-tiap perbuatan zina dengan depalan puluh cambuk dari api. 8. bahwa isteri yang mengandung ( hamil ) baginya pahala seperti berpuasa pada siang harinya dan mengerjakan qiamul-lail pada malamnya serta pahala berjuang fi sabilillah. 9. bahwa isteri yang bersalin ( melahirkan ), bagi tiap-tiap kesakitan yang dideritainya diberi pahala memerdekakan seorang budak. Demikian juga pahalanya setiap kali menyusukan anaknya. 10. bahwa wanita apabila bersuami dan bersabar dari menyakiti suaminya, maka diumpamakan dengan titik-titik darah dalam perjuangan fisabilillah.

*Oleh : Abdullah Muctaruddin

vendredi 30 mars 2012

Salam Damai Kami Untuk Indonesia

*Oleh : Kusnadi el-Ghezwa

Tak terasa setahun setengah sudah ku berada di negara Arab, meninggalkn tanah airku yang kucinta, keluarga, teman-teman dan saudara. Sejenak kuluwangkan waktu sebagai pengobat rasa rinduku kepada mereka setelah dua minggu bergelut dengan buku menghadapi Ujian Muroqobah dengan bismillah ku buka laptop hitamku yang sudah otomatis tersambung dengan koneksi interenet.

Barusaja ku buka berita di berbagai media informasi baik TV maupun media informasi lainnya seketika itu aku tercengang penuh iba sambil mengerutkan dahi lima centi dan mengelus dada. Bagaimana tidak? dari sekian banyaknya berita dari tanah air semuanya bertema “Menolak kenaikan harga BBM” .

Semua rakyat bersatu melakukan aksi demonstrasi sebagai bentuk dan sikap penolakan harga BBM. Baik dari  ormas, mahasiswa, buruh, petani, pekerja biasa, pekerja kantoran, pekerja keras, supir, bupati, sampai anak-anak kecil, ibu-ibu, bapak-bapak dan semua lapisan masyarakat Indonesia lainnya ikut berunjuk rasa di depan istana Jakarta.

Mereka melakukan aksinya dengan berbagai macam cara, ada yang membakar ban mobil , ada yang berjalan menenteng spanduk bertuliskan “ Menolak kenaikan BBM”, ada yang berorasi disepanjang jalan sambil menutun kendaraan, ada yang mengekspresikan aksinya dengan theater dan nyanyian, bahkan ada yang nekat melakukank aksi demonstrasinya dengan bakar diri. Semua itu adalah sebagai sikap dan bentuk protes mereka terhadap sikap pemerintah yang tidak pro dengan rakyat.

Tidak sedikit pula dari kalangan partai yang ikut menyuarakan suara hati rakyat sebagaimana yang telah di beritakan dari tribunnews.com

PKS: Merdeka! Harga BBM Tidak Naik
Golkar: Belum Saatnya Harga BBM Naik
PPP Minta Kenaikan Harga BBM Ditunda
PKB Tolak Kenaikan Harga BBM
PDIP: Penolakan Kenaikan Harga BBM Tak Bisa Ditawar Lagi
catat ini....!!!!

Melihat aksi yang begitu banyak ribuan aparat diturunkan untuk mengamankan sikap rakyat yang semakin gawat, aparatpun terus bertindak represif terhadap rakyat yang tak mau pasif hingga menyebabkan sebagian wartawan terkena aksi aparat yang kalap. Tak terasa dua jam sudah aku duduk di depan laptop, melihat berita yang menarik perhatian banyak orang itu membuatku terdiam dan tak kuasa untuk mengucapkan sepatah kata.  Hanya harapan dan doa yang keluar dari lubuk hatiku semoga aksi demonstrasi ini berjalan dengan baik dan Indonesia semakin dewasa dalam menghadapi masalah ini. Khususnya bagi para pemimpin yang sekarang sedang menjabat di  pemerintahan semoga hatinya terbuka  dan mau menerima suara tangisan dan jeritan rakyatnya agar rakyat tak tambah melarat.

Salam Damai Kami Untuk Indonesia Dari Negeri Arab, Maroko.
 Tanger, 30 Maret 2012.

mercredi 28 mars 2012

Aksi Demonstrasi BBM

Kau yang disana..
Begitu mudahnya kau melupakan kami yang di bawah
Begitu mudahnya kau meninggalkan kami yang lemah
Apa kau sudah lupa sebelum kau menjadi pemerintah?
Apa kau sudah lupa pada janjimu yang terucap dengan sumpah?

Kau yang disana..
Begitu mudahnya kau memberikan kami ribuan janji
Dengan dalih ingin mensejahterakan kehidupan kami
Namun satu dari sekian banyak janjimu satupun tak ada bukti
Kau malah menghianati, membohongi dan menyakiti hati kami

Kau yang disana..
Yang duduk manis di atas singgasana di bawah atap yang megah
Yang menikmati hasil  jerih payah kami yang didapat dari sawah
Yang tak peduli apakah kebutuhan kami tercukupi atau sebaliknya
Yang tak peduli dengan keluh kesah dan tangisan darah rakyatnya

Kau yang disana..
Sampai kapan kau kan terus berbuat keji seperti ini?
Sampai kapan kau kan membiarkan jeritan suara hati kami?
Sampai kapan kau kan mengabaikan hak-hak kami ?
Sampai kapan kau kan memikirkan perut dan kantongmu sendiri?

Kau yag disana..
Kami muak dengan kerakusan dan tipu daya muslihatmu
Kami muak dengan celoteh dan janji-janjimu yang palsu
Kami muak dengan  perilaku dan perbuatanmu
Kami muak dengan  segala yang ada pada dirimu

Kau yang disana..
Jika tiga hari lagi kau tak mampu mengatasi naiknya harga BMM  bersubsidi
Dengan alasan besarnya belanja birokrasi dan pemotongan porsi subsidi
Jangan salahkan kami jika putra-putrimu melakukan aksi demonstrasi
Jangan salahkan kami jika putra-putrimu menghentikan pemerintahanmu sampai disini

Kau yang disana..
Tulisan ini bukan hanya sekedar kritikan atau kecaman
Tapi sebuah ancaman dan permintaan yang harus kau kerjakan
Jika tidak jangan salahkan putra-putrimu jika negeri ini jadi berantakan
Jangan salahkan kami jika putra-putri Indonesia membakar pemerintahan

Tanger, 29 March 2012.
01.20, bersama kau yang ada disana..
By: Rijalul ghoib

vendredi 16 mars 2012

Ungkapan Dalam Mendidik Anak

Jika anak di besarkan dengan celaan, ia belajar memaki
Jika anak di besarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi
Jika anak di besarkan dengan ketakutan, ia belajar gelisah
Jika anak di besarkan dengan rasa iba, ia belajar menyesali diri
Jika anak di besarkan dengan olok-olok, ia belajar rendah diri
Jika anak di besarkan dengan dipermalukan, ia belajar merasa bersalah
Jika anak di besarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri
Jika anak di besarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri
Jika anak di besarkan dengan pujian, ia belajar menghargai
Jika anak di besarkan dengan penerimaan, ia belajar mencinta
Jika anak di besarkan dengan dukungan, ia belajar menenangi diri
Jika anak di besarkan dengan pengakuan, ia belajar mengenali tujuan
Jika anak di besarkan dengan rasa berbagi, ia belajar kedermawaan
Jika anak di besarkan dengan kejujuran dan keterbukaan, ia belajar kebenaran dan keadilan
Jika anak di besarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan
Jika anak di besarkan dengan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan
Jika anak di besarkan dengan ketentraman, ia belajar berdamai dengan pikiran

Aku Ingin Anak Lekakiku Menirumu

Ketika lahir, anak lelakiku gelap benar kulitnya, Lalu kubilang pada ayahnya:
“Subhanallah, dia benar-benar mirip denganmu ya!”
Suamiku menjawab:
“Bukankah sesuai keinginanmu? Kau yang bilang kalau anak lelaki ingin seperti aku.”
Aku mengangguk. Suamiku kembali bekerja seperti biasa. Ketika bayi kecilku
berulang tahun pertama, aku mengusulkan perayaannya dengan mengkhatamkan Al Quran di
rumah Lalu kubilang pada suamiku:
“Supaya ia menjadi penghafal Kitabullah ya,Yah.”
Suamiku menatap padaku seraya pelan berkata:
“Oh ya. Ide bagus itu.”
Bayi kami itu, kami beri nama Ahmad, mengikuti panggilan Rasulnya. Tidak berapa
lama, ia sudah pandai memanggil-manggil kami berdua: Ammaa. Apppaa. Lalu ia menunjuk
pada dirinya seraya berkata: Ammat! Maksudnya ia Ahmad. Kami berdua sangat bahagia
dengan kehadirannya.
Ahmad tumbuh jadi anak cerdas, persis seperti papanya. Pelajaran matematika
sederhana sangat mudah dikuasainya. Ah, papanya memang jago matematika. Ia kebanggaan
keluarganya. Sekarang pun sedang S3 di bidang Matematika.
Ketika Ahmad ulang tahun kelima, kami mengundang keluarga. Berdandan rapi kami
semua. Tibalah saat Ahmad menjadi bosan dan agak mengesalkan. Tiba-tiba ia minta naik ke
punggung papanya. Entah apa yang menyebabkan papanya begitu berang, mungkin
menganggap Ahmad sudah sekolah, sudah terlalu besar untuk main kuda-kudaan, atau
lantaran banyak tamu dan ia kelelahan. Badan Ahmad terhempas ditolak papanya, wajahnya
merah, tangisnya pecah, Muhammad terluka hatinya di hari ulang tahunnya kelima.
Sejak hari itu, Ahamad jadi pendiam. Murung ke sekolah, menyendiri di rumah. Ia tak
lagi suka bertanya, dan ia menjadi amat mudah marah. Aku coba mendekati suamiku, dan
menyampaikan alasanku. Ia sedang menyelesaikan papernya dan tak mau diganggu oleh
urusan seremeh itu, katanya.
Tahun demi tahun berlalu. Tak terasa Ahmad telah selesai S1. Pemuda gagah, pandai
dan pendiam telah membawakan aku seorang mantu dan seorang cucu. Ketika lahir, cucuku
itu, istrinya berseru sambil tertawa-tawa lucu:
“Subhanallah! Kulitnya gelap, Mas, persis seperti kulitmu!”
Ahmad menoleh dengan kaku, tampak ia tersinggung dan merasa malu.
“Salahmu. Kamu yang ingin sendiri, kan. Kalau lelaki ingin seperti aku!”
Di tanganku, terajut ruang dan waktu. Terasa ada yang pedih di hatiku. Ada yang
mencemaskan aku.
Cucuku pulang ke rumah, bulan berlalu. Kami, nenek dan kakeknya, datang bertamu.
Ahmad kecil sedang digendong ayahnya. Menangis ia. Tiba-tiba Ahmad anakku menyergah
sambil berteriak menghentak,
“Ah, gimana sih, kok nggak dikasih pampers anak ini!”
Dengan kasar disorongkannya bayi mungil itu.
Suamiku membaca korannya, tak tergerak oleh suasana. Ahmad, papa bayi ini, segera
membersihkan dirinya di kamar mandi. Aku, wanita tua, ruang dan waktu kurajut dalam
pedih duka seorang istri dan seorang ibu. Aku tak sanggup lagi menahan gelora di dada ini.
Pecahlah tangisku serasa sudah berabad aku menyimpannya. Aku rebut koran di tangan
suamiku dan kukatakan padanya:
“Dulu kau hempaskan Ahmad di lantai itu! Ulang tahun ke lima, kau ingat? Kau tolak
ia merangkak di punggungmu! Dan ketika aku minta kau perbaiki, kau bilang kau sibuk
sekali. Kau dengar? Kau dengar anakmu tadi? Dia tidak suka dipipisi. Dia asing dengan
anaknya sendiri!”
Allahumma Shali ala Muhammad. Allahumma Shalli alaihi wassalaam. Aku ingin
anakku menirumu, wahai Nabi.
Engkau membopong cucu-cucumu di punggungmu, engkau bermain berkejaran
dengan mereka Engkau bahkan menengok seorang anak yang burung peliharaannya mati.
Dan engkau pula yang berkata ketika seorang ibu merenggut bayinya dari gendonganmu,
“Bekas najis ini bisa kuseka, tetapi apakah kau bisa menggantikan saraf halus yang
putus di kepalanya?”
Aku memandang suamiku yang terpaku.
Aku memandang anakku yang tegak diam bagai karang tajam.
Kupandangi keduanya, berlinangan air mata.
Aku tak boleh berputus asa dari Rahmat-Mu, ya Allah, bukankah begitu?
Lalu kuambil tangan suamiku, meski kaku, kubimbing ia mendekat kepada Ahmad. Kubawa
tangannya menyisir kepala anaknya, yang berpuluh tahun tak merasakan sentuhan tangan
seorang ayah yang didamba.
Dada Ahmad berguncang menerima belaian. Kukatakan di hadapan mereka berdua,
“Lakukanlah ini, permintaan seorang yang akan dijemput ajal yang tak mampu
mewariskan apa-apa: kecuali Cinta.
Lakukanlah, demi setiap anak lelaki yang akan lahir dan menurunkan keturunan demi
keturunan.
Lakukanlah, untuk sebuah perubahan besar di rumah tangga kita! Juga di permukaan
dunia. Tak akan pernah ada perdamaian selama anak laki-laki tak diajarkan rasa kasih dan
sayang, ucapan kemesraan, sentuhan dan belaian, bukan hanya pelajaran untuk menjadi
jantan seperti yang kalian pahami. Kegagahan tanpa perasaan.
Dua laki-laki dewasa mengambang air di mata mereka.
Dua laki-laki dewasa dan seorang wanita tua terpaku di tempatnya.
Memang tak mudah untuk berubah. Tapi harus dimulai. Aku serahkan bayi Ahmad ke
pelukan suamiku. Aku bilang:
“Tak ada kata terlambat untuk mulai, Sayang.”
Dua laki-laki dewasa itu kini belajar kembali. Menggendong bersama, bergantian
menggantikan popoknya, pura-pura merancang hari depan si bayi sambil tertawa-tawa
berdua, membuka kisah-kisah lama mereka yang penuh kabut rahasia, dan menemukan
betapa sesungguhnya di antara keduanya Allah menitipkan perasaan saling membutuhkan
yang tak pernah terungkapkan dengan kata, atau sentuhan. Kini tawa mereka memenuhi
rongga dadaku yang sesak oleh bahagia, syukur pada-Mu
Ya Allah! Engkaulah penolong satu-satunya ketika semua jalan tampak buntu.
Engkaulah cahaya di ujung keputusasaanku.
Tiga laki-laki dalam hidupku aku titipkan mereka di tangan-Mu.
Kelak, jika aku boleh bertemu dengannya, Nabiku, aku ingin sekali berkata:
Ya, Nabi. aku telah mencoba sepenuh daya tenaga untuk mengajak mereka semua menirumu!
Amin, Alhamdulillah
SEBARKAN ke teman anda jika menurut anda catatan ini bermanfaat
Oleh: Dei Al-faly Al-faroby

mercredi 8 février 2012

Dulu Haram Kini Halal

  • Oleh: Dei Al-faly Al-faroby
    Pada suatu ketika di zaman Nabi Muhammad SAW ada seorang pencuri yang hendak
    bertaubat, dia duduk di majelis Nabi Muhammad SAW dimana para sahabat berdesakdesakkan
    di Masjib Nabawi.
    Suatu ketika dia menangkap perkataan Nabi saw : “Barangsiapa meninggalkan
    sesuatu yang haram karena Allah, maka suatu ketika dia akan memperoleh yang Haram itu
    dalam keadaan halal”. Sungguh dia tidak memahami maksudnya, apalagi ketika para sahabat
    mendiskusikan hal tersebut setelah majelis dengan tingkat keimanan dan pemahaman yang
    jauh dibawah sang pencuri merasa tersisihkan.
    Akhirnya malam pun semakin larut, sang pencuri lapar. Keluarlah dia dari Masjid
    demi melupakan rasa laparnya.
    Di suatu gang tempat dia berjalan, dia mendapati suatu rumah yang pintunya agak
    terbuka. Dengan insting pencurinya yang tajam ia dapat melihat dalam gelap bahwa pintu itu
    tidak terkunci…dan timbullah peperangan dalam hatinya untuk mencuri atau tidak. Tidak, ia
    merasa tidak boleh mencuri lagi.
    Namun tiba-tiba timbul bisikan aneh : “Jika kamu tidak mencuri mungkin akan ada
    pencuri lainnya yang belum tentu seperti kamu”. Menjadi berfikirlah dia, maka diputuskan
    dia hendak memberitahukan/mengingatkan pemiliknya di dalam agar mengunci pintu
    rumahnya, karena sudah lewat tengah malam.
    Dia hendak memberi salam namun timbul kembali suara tadi : “Hei pemuda!
    bagaimana kalau ternyata di dalam ada pencuri dan pintu ini ternyata adalah pencuri itu yang
    membuka, bila engkau mengucap salam … akan kagetlah dia dan bersembunyi, alangkah
    baiknya jika engkau masuk diam-diam dan memergoki dia dengan menangkap basahnya !”
    Ah.. benar juga, pikirnya.
    Maka masuklah ia dengan tanpa suara… Ruangan rumah tersebut agak luas,
    dilihatnya berkeliling ada satu meja yang penuh makanan – timbul keinginannya untuk
    mencuri lagi, namun segera ia sadar – tidak, ia tidak boleh mencuri lagi.
    Masuklah ia dengan hati-hati, hehhh …syukurlah tidak ada pencuri berarti memang
    sang pemilik yang lalai mengunci pintu. Sekarang tinggal memberitahukan kepada pemilik
    rumah tentang kelalaiannya, tiba-tiba terdengar suara mendengkur halus dari sudut
    ruang….Ahh ternyata ada yang tidur mungkin sang pemilik dan sepertinya perempuan cantik.
    Tanpa dia sadari kakinya melangkah mendekati tempat tidur, perasaannya berkecamuk,
    macam-macam yang ada dalam hatinya. Kecantikan, tidak lengkapnya busana tidur yang
    menutup sang wanita membuat timbul hasrat kotor dalam dirinya.
    Begitu besarnya hingga keluar keringat dinginnya, seakan jelas ia mendengar
    jantungnya berdetak kencang didadanya, serta tak dia sangka ia sudah duduk mematung
    disamping tempat tidur…Tidak, aku tidak boleh melakukan ini aku ingin bertaubat dan tidak
    mau menambah dosa yang ada, tidakk !!
    18
    Segera ia memutar badannya untuk pergi. Akan ia ketuk dan beri salam dari luar
    sebagaimana tadi. Ketika akan menuju pintu keluar ia melalui meja makan tadi, tiba-tiba
    terdengar bunyi dalam perutnya…ia lapar. Timbullah suara aneh tadi : “Bagus hei pemuda
    yang baik, bagaimana ringankah sekarang perasaanmu setelah melawan hawa nafsu
    birahimu?”
    Eh-eh, ya. Alhamdulillah ada rasa bangga dalam hati ini dapat berbuat kebaikan dan
    niat perbuatan pemberitahuan ini akan sangat terpuji. Pikir sang pemuda. Suara itu berkata:
    “Maka sudah sepatutnya engkau memperoleh ganjaran dari sang pemilik rumah atas niat
    baikmu itu, ambillah sedikit makanan untuk mengganjal perutmu agar tidak timbul perasaan
    dan keinginan mencuri lagi!!”
    Berpikirlah dia merenung sebentar, patutkah ia berbuat begitu? “Hei – tiba2x ia
    tersadar serta berucap dalam hati – engkau dari tadi yang berbicara dan memberi nasihat
    kepadaku? Tapi nasihatmu itu telah menjadikan aku menjadi tamu tidak diundang seperti ini,
    tidak.. aku tidak akan mendengarkan nasihatmu. Bila engkau Tuhan, tidak akan memberi
    nasihat seperti ini. Pasti engkau Syaithon….(hening).
    Celaka aku, bila ada orang yang di luar dan melihat perbuatanku …. aku harus
    keluar.” Maka tergesa-gesa ia keluar rumah wanita tersebut, ketika tiba dihadapan pintu ia
    mengetuk keras dan mengucap salam yang terdengar serak menakutkan.
    Semakin khawatir ia akan suaranya yang berubah, setelah itu tanpa memastikan pemiliknya
    mendengar atau tidak ia kembali menuju masjid dengan perasaan galau namun lega, karena
    tidak ada orang yang memergoki dia melakukan apa yang disarankan suara aneh tadi.
    Sesampai dimasjid, ia melihat Nabi saw sedang berdiri sholat. Di sudut ruang ada
    seorang yang membaca al qur-aan dengan khusyu’ sambil meneteskan air mata, di sudutsudut
    terdapat para shahabat dan kaum shuffah tidur. Dingin sekali malam ini, lapar sekali
    perut ini teringat lagi ia akan pengalaman yang baru dia alami, bersyukur ia atas pertolongan
    Allah yang menguatkan hatinya.
    Tapi … tidak di dengar bisikan Allah di hatinya, apakah Allah marah kepadaku? Lalu
    ia menghampiri sudut ruang masjid duduk dekat pintu, dekat orang yang membaca al quraan.
    Ditengah melamunnya ia mendengar sayup namun jelas bait-bait ayat suci ……
    Dan mereka semuanya (di padang Mahsyar) akan berkumpul menghadap ke hadirat
    Allah, lalu berkatalah orang-orang yang lemah kepada orang-orang yang
    sombong:”Sesungguhnya kami dahulu adalah pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu
    menghindarkan dari pada kami azab Allah (walaupun) sedikit saja Mereka
    menjawab:”Seandainya Allah memberi petunjuk kepada kami, niscaya kami dapat memberi
    petunjuk kepadamu. Sama saja bagi kita apakah kita mengeluh ataukah bersabar. Sekali-kali
    kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri”. (QS. 14:21)
    Dan berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan: “Sesungguhnya
    Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepadamu
    tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan
    (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu
    mencerca aku, akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu
    dan kamu pun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan
    19
    perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu”. Sesungguhnya orangorang
    yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih. (QS. 14:22)
    Bergetarlah hatinya mendengar perkataan Allah yang di dengarnya, berkatalah ia
    “Engkau berbicara kepadakukah, ya Allah?” Serasa lapang hatinya, semakin asyik dia
    mendengarkan bacaan suci itu, maka lupalah ia akan laparnya, segar rasanya badannya.
    Cukup lama ia mendengarkan bacaan orang itu hingga tiba-tiba tersentak ia karena
    bacaan itu dihentikan berganti dengan ucapan menjawab salam. Terlihat olehnya pula bahwa
    pria itu menjawab salam seseorang wanita dan seorang tua yang masuk langsung menuju
    tempat Nabi Muhammad SAW sedang duduk berdzikir, dan wajah wanita itu … adalah
    wajah wanita tadi !!!??? Timbul gelisah hatinya, apakah tadi ketika ia berada di ruangan itu
    sang wanita pura-pura tidur dan melihat wajahnya? Ataukah ada orang yang diam-diam
    melihatnya, mungkin laki-laki tua yang bersamanya adalah orang yang diam-diam
    memergokinya ketika ia keluar dan mengetuk pintu rumah itu? Ahh … celaka, celaka.
    Namun gemetar tubuhnya, tidak mampu ia menggerakkan anggota tubuhnya untuk
    bersembunyi atau pergi apalagi tampak olehnya pria yang tadi membaca al Qur-aan hendak
    tidur dan tak lama pun mendengkur. Dan ia lihat mereka sudah berbicara dengan Nabi saw….
    celaka, pikirnya panik !!
    Hampir celentang jatuh ia ketika terdengar suara Nabi Muhammad SAW. : “Hai
    Fulan, kemarilah !” Dengan perlahan dan perasaan takut ia mendekat. Ia berusaha
    menyembunyikan wajahnya.
    Ia mendengar sang perempuan masih berbicara kepada Nabi Muhammad SAW.
    katanya : “…benar ya Rosulullah, saya sangat takut pada saat itu saya bermimpi rumah saya
    kemasukan orang yang hendak mencuri, dia mendekati saya dan hendak memperkosa saya,
    ketika saya berontak … ternyata itu hanya mimpi. Namun ketika saya melihat sekelilingnya
    ternyata pintu rumah saya terbuka sebagaimana mimpi saya dan ada suara menyeramkan
    yang membuat saya takut. Maka segera saya menuju rumah paman saya untuk meminta
    dicarikan suami buat saya, agar kejadian yang di mimpi saya tidak terjadi bila saya ada suami
    yang melindungi. Sehingga beliau mengajak saya menemui engkau disini agar memilihkan
    calon suami untuk saya”.
    Nabi saw memandang kepada si pemuda bekas pencuri, lalu berkata : “Hai Fulan,
    karena tidak ada pria yang bangun kecuali engkau saat ini maka aku tawarkan padamu,
    maukah engkau menjadi suaminya?” Terkejut ia mendengar itu, cepat mengangguklah ia.
    Dan setelah sholat shubuh Nabi saw mengumumkan hal ini dan meminta para
    shahabat mengumpulkan dana untuk mengadakan pernikahan dan pembayaran mas kawin si
    pemuda ini.
    Setelah pernikahannya, tahulah ia akan arti perkataan Nabi Muhammad yang lalu :
    “Barangsiapa meninggalkan sesuatu yang haram karena Allah, maka suatu ketika dia
    akan memperoleh yang Haram itu dalam keadaan halal”.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Lady Gaga, Salman Khan