lundi 17 octobre 2011

Pesantren Ditengah Arus Pemikiran

Rasanya tidak lengkap ketika berbicara pesantren tidak memperibincangkan dinamika alumninya yang sudah bercerakan. Hal yang paling mencolok saat-saat ini adalah liberalisme kader-kader mudanya yang tersebar diberbagai lembaga, lebih-lebih yang ada dikajian, penelitian dan penerbitan serta advokasi. Lembaga-lembaga tersebut salah satunya adalah Lakpesdam ( lajnah kajian dan pengembangan sumber daya manusia), LKiS (lembaga kajian islam dan sosial), FIS (forum Indonesia satu), eLSAD (lembaga studi agama dan demokrasi), P3M (pusat pengembangan pesantren dan masyarakat), dan yang paling controversial adalah JIL (jaringan islam liberal) yang dikomandani tokoh muda NU, Ulil Abshar Abdalla, serta lembaga-lembaga yang lain. Fenomena dari mereka adalah munculnya wacana-wacana kritis, analitis, independent, progresf, inovatif dan liberal, hasil dari intensitas pergulatan mereka pada kekayaan khazanah klasik dengan wacana kontemporer yang baru sedang menggurita.

Buku-buku kiri bacaan mereka seperti Teologi pembebasan-nya Asghar Ali Enggeneer, Kiri Islam-nya Hasan Hanafi, Konsep wahyu-nya Mohammad Syahrur, Post Tradisionalisme-nya Abid  Ali Al-Jabiri , Islam Terapan-nya Moh Arkoum, Rasionalsme-nya Ibnu Rusyd dan Abduh, Kritik Nalar-nya Nasr Abu Zaid, Konsep Madaniyah-Makiyahnya Abdullah an-Naim, Sekularisasi-nya Cak Nur, Pribumsasinya Gus Dur, dan wacana intelektual kritis, analtis lannya dari berbagai penjuru dunia.

Pergulatan ini ditambah dengan  pisau analisa teks dan hermeneutika yang di ambil dari para pemikr orientalis dan ateis dari negara-negara barat membuat kader-kader muda NU ini semakin kaya dengan informasi dan metodologi. Dengan modal inilah mereka mampu mengolahnya sendri secara independen untuk merespon fenomena-fenomena sosial, ekonomi, politk, budaya serta pendidikan yang ada di dunia islam yang notaben masih dirundung kemiskinan, kebodohan, penindasan dan keterbelakangan diberbagai sektor kehidupan. Melihat realitas timpang inilah mereka menyodorkan konsep baru, berupa revolusi pemikiran secara radikal, agar umat ini bangun dari tidur dan romantisme masa lalunya yang menghegemoni kebebasan berfikir dan berkreasi. Wacana bolehnya nikah beda agama, menolak syariat islam, pentingnya penguatan civil society, dan urgensinya isu keadilan, pemerataan ekonomi dan pendidikan serta sosalisasi humanitias dan persaudaraan adalah salah satu contohnya. Tema-tema sentral ini mereka perjuangkan secara all-out lewat berbagai media, cetak maupun elektronik sehingga mendapatkan sorotan dan counter balik yang luar biasa. Inilah era dialektika keemasan pikiran klasik dengan kontemporer.

Naifnya, geliat progresivitas kader ini yang notabene ada di Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Bandung dan kota-kota besar lainnya, tidak diikuti oleh pesantren. Sehingga saat ini kita bisa melihat jurang yang menganga antara liberalisme wacana kader muda NU dengan tradisionalisme khazanah keilmuan yang ada dipesantren, kecuali beberapa saja, seperti Sidogiri dan Ma’had Aly Situbondo.

Pesantren sebagai sentral pendidikan NU harus taggap terhadap dinamika yang ada. Liberalisme kader mudanya harus dijembatani dengan langkah-langkah sebagaimana diatas, seperti membentuk forum musyawarah kitab kuning secara kombinatif, antara model salafi dan khalafi, dialektika nash, teks dan konteks secara sirnegis, intensitas pengasahan metodologi dan epistemology studi Islam khususnya ushul fiqh dan qowa’id fiqh. Pembaharuan pesantren dalam bentuk apapun harus tetap berpijak pada khazanah klasik yang begitu kaya. Saat ini, banyak sarjana keislaman yang bisanya hanya bicara dan mengkritik anatomi doktrin islam tanpa mampu menguraikannya secara ideal, apalagi menyuguhkan konsep baru, mereka dengan mudah mengklaim kesalahan ulama masa lalu. Untuk itu, santri harus mampu menjawab tantangan riil ini. Ilmu  akidah, syariat, ahlak-nya harus diperdalam agar mampu mengarahkan umat pada as shiratal mustaqim, jalan dan pikiran yang lurus, bukan jalan yang asal beda yang mudah tersesat oleh orientasi duniawi. Saat ini, ada fenomena umum yang sangat ironis, yaitu menjadikan agama sebagai komoditas yang layak dijual demi kepentingan material dan popularitas. Na’uzubillah.


vendredi 14 octobre 2011

Nostalgia Bersama Jamaah Nursiyyin Turki


Pada tahun 2004 tepatnya tanggal 6 0ktober aku telah menginjak negeri sang para nabi, negeri yang begitu indah dengan nuansa bangunan kuno dan antik, disini pula terdapat banyak kerajaan yang berpengaruh bagi bangsa-bangsa lainnya, kita bisa melihat benteng Sholahuddin, benteng Sultan Hasan, Qutbay (Aleksandria), dan beberapa benteng lainnya yang pastinya mempunyai pengaruh sejarah dunia, begitu pula Mesirpun mencetak banyak ulama dunia, kita lihat DR.Yusuf Qordowi (ketua Ulama dunia), Hasan al-Banna dan Sayyid Qutb (tokoh Ikhwan Muslimin), Syekh Syarowi (beliau pernah mengajar di Arab Saudi dan Aljazair), Muhamad Abduh (Pemikir Islam terkenal didunia), Rosyid Ridho dan masih banyak lagi lainnya.

Keberagaman model pemikiran di Mesir memang hal yang biasa, bahkan banyaknya jamaah muncul di seantreo Mesir, seperti adanya jamaah sufi disini banyak sekali macamnya, sampai-sampai kalau kita pergi ke masjid Husain (dekat Universitas al-Azhar) pada hai jumat, maka kita akan menyaksikan berbagai macam torikot sufi berkumpul disini, dan setelah sholat jumat mereka melakukan barbagai macam wirid sesuai dengan torikot mereka masing-masing, disinilah bentuk keseragaman bangsa Mesir tanpa harus adanya perselisihan diantara mereka, mereka akur dalam masjid ini, masya Allah.


Pada tahun 2005 aku mencoba untuk bergabung dengan warga asing, kebetulan aku mengenal salah satu warga asing dari Turki yang tinggal dekat dengan rumah ku, pastinya dia bukan cewek dong, dia sudah berumur kurang lebih 27, dia bernama Nihat (bukan Nihat Kahveci penyerang Real Sociedad), walau umur sdh kelihatan tua tetapi dia itu suka bercanda, dan akhirnya aku nekat bilang kepada nya untuk bisa tinggal bersama mereka, semua teman-teman Turki yang tinggal bersama Nihat bermusyawarah untuk membahas masalah saya ini, kebanyakan dari mereka setuju kalau saya diperbolehkan tinggal bersama mereka walaupun ada satu senior dari Turki bernama Usman (sekarang dia bekerja di al-Jazair, saya kadang kala sering contac dgnya) tidak menyetujui kalau saya tinggal bersama mereka, dengan alasan perbedaan adat antara Turki dengan Indonesia akan membuat permasalahan dalam kehidupan sehari-hari, tetapi akhirnya Usman mengikuti pendapat senior lainnya yaitu Ustadz Ahmad Ates dan Abdul Kerim Beybara (Ketua Cultur Turkish Soceity), karena mereka yang menentukan masuk atau tidaknya saya bersama mereka.






Setelah musyawarah orang-orang Turki menekatkan bahwa aku bisa tinggal bersama mereka akupun senang, karena ini adalah kesempatan buat saya untuk mengembangkan kemampuan saya dalam berbahasa arab, disinilah ketika bersama dengan orang asing akan terbiasa dengan budaya lain dan bahasa lain yang belum pernah kita dapatkan sebelumnya, disinilah aku mulai untuk belajar dan belajar khususnya untuk lebih lancar dalam berbahasa arab, orang asing di Mesir ini kebanyakan berbahasa arab faseh, beda dengan orang Mesir kebanyakan menggunakan bahasa planet ammiyah.

Akupun diperkenalkan dengan berbagai budaya baru dari Turki, mulai dari makanan yang berbeda, ini bisa aku liha ketika pagi mereka makan kentang direbus dan ditumbuk lembut dicampur dengan telor bersama dengan manisan plus minuman teh ala Turki...to be continued
.

By: Salis Fitrowan Lc.

Profil KH.Achmad Alfatich Abdurrohim

Profil KH.Achmad Alfatich Abdurrohim


Sekilas Pandang KH. Achmad Alfatich Nama lengkap beliau adalah Ahmad Alfatich AR. Dua huruf dibelakang selalu beliau cantumkan. Mungkin karena adanya rasa rindu pada ayah yang tidak beliau ingat dengan pasti bagaiman rupa wajahnya. KH. Achmad Alfatich lahir pada tanggal 27 Desember 1933, sebagai anak pertama. Beliau ditinggal wafat oleh ayahnya, Abdur Rahim pada usia yang masih belia. 10 tahun (1943). Beliau merupakan sosok pemuda yang sangat progresif dan berpikiran maju pada zamannya. Namun uniknya, beliau juga dikenal Low profile dan rendah hati. Tidak menyukai banyak bicara tentang hal - hal strategis apa pun yang sedang dilakukannya.Itulah tipikalnya:tenang tapi pasti. KH.Achmad Alfatich hidup dan besar di Yogyakarta pada zaman kemerdekaan.Teman- temannya mengenal beliau mahir dalam 8 bahasa. Bahasa Inggris, Belanda, Jerman, Perancis, Portugis, Jepang, Arab,dan Indonesia . Beliau seorang pemuda yang independen dan berfikiran maju.Independensi dan kemandirian yang menjadi karakternya telah terbentuk dan terasah sejak kecil. Beliau sudah mengenal Pendidikan formal dan bangku kuliah di perguruan tinggi pada saat lingkungan dan pemuda sebayanya menabukan model pendidikan seperti itu. Hal demikian tidak mengherankan ketika mengetahui bahwa Achmad Alfatich adalah pemuda berasal dari 2 keluarga besar. Ya, Achmad Alfatich adalah putera 2 keluarga besar :NU dan Muhammadiyah. Abdur Rahim ayahnya, adalah adik dari KH.Abdul Wahab Chasbullah, pendiri dan penggerak NU.Sedangkan Siti Wardiyah ibunya, adalah keponakan KH. Achmad Dahlan, pendiri dan Muhammadiyah. Kisah persahabatan antara KH.Abdul Wahab Chasbullah dan KH. Achmad Dahlan di tanah suci Mekkah-lah yang menakdirkan adanya pernikahan Abdur Rahim dan Siti Wardiyah. Achmad Alfatich dengan demikian merupakan manifestasi persahabatan dua tokoh besar :Abdul Wahab Chasbullah dan Achmad Dahlan. Achmad Alfatich mengenyam jenjang pendidikan Bachelor of Arts di suatu perguruan tinggi di kota perjuangan dan pergerakan nasional :Yogyakarta. Hingga suatu ketika pada level tersebut, beliau mendapatkan kesempatan memilih kelanjutan study -nya ke texas USA atau Cairo Mesir . Ini adalah sebuah kesempatan Emas bagi beliau. Namun kondisi tidak ideal pada seluruh aktifitas madrasah di pesantren tanbakberas, yang menjadi jantung kegiatan pesantren tersebut , memanggil nurani beliau untuk kembali mengurus madrasah , dan ‘terpaksa’ mengabaikan kesempatan emas yang ada di depan mata .Madrasah dan pesantren mengalami management-loss. KH.Abdul Fattah Hasyim ,yang selama ini bertugas mengurus segenap kegiatan pesantren dan madrasah , memanggil pulang karena membutuhkan support dan endorse seorang Achmad Alfatich . Tidak adakah orang lain ? Ada, kakak sepupunya yang juga berfikiran maju dan progresif :Mohammad Najib Wahab. Karena jarak yang sangat jauh ,maka orang terdekatlah yang dipanggil KH.Abdul Fattah Hasyim untuk membantunya . Di benua lain , Mohammad Najib Wahab pun tidak main-main dalam pergulatannya di Al –Azhar Univercity Cairo . Beliau berhasil menyabet gelar L.M.L.(Licence of Muhammadan Law ) dengan yudisium cum –laude, dan sekaligus meneguhkannya sebagai orang Asia Tenggara pertama yang menyabet gelar tersebut . Atas prestasinya, Mohammad Najib Wahab secara khusus mendapat penghargaan dari presiden Mesir saat itu :Gamal Abdul Nasser.Di Tanah Air , kesempatan yang pernah diterima Achmad Alfatich untuk mengikuti jejak kakaknya pun perlahan tersapu banyaknya tugas berat :menjamin kesejahteraan para guru dan pengajar yang mengabdikan hidup di madrasah dan pesantern tambakberas. 
KH. Achmad Alfatich dipanggil oleh-Nya pada tanggal 22 Muharram 1996 (1416). Setelah beberapa hari berada di Rumah Sakit Umum Daerah Swadana Jombang.Meninggalkan seorang istri yang sangat setia dan dikenal tegas dalam memegang prinsip :Muchtarotul Mardhiyyah . 
Berbahagialah di sisinya,Abah…biar anak-anak dan cucu-cucu yang akan melanjutkan cita-citamu…Amien…

mercredi 12 octobre 2011

Dikit-dikit kok bid'ah....

Fenomena kehidupan zaman sekarang kerap sekali terkadang ada beberapa golongan yang masih sempit dalam berpikir dan tidak memberi ruang yang lebih luas kepada masyarakatnya untuk lebih mempraktekkan agama yang sesuai dengan tradisi yang tidak menyimpang dari Islam, mereka yang fundamental dalam berpikir terkadang lebih suka ingin meneriakan slogan pembersihan dari adat-adat yang tidak sesuai dengan Islam, atau bisa dikatakan ingin menghilangkan bid'ah-bid'ah yang ada dalam masyarakat.

Mungkin banyak orang yang masih belum memahami arti bid'ah itu sendiri, agar tidak salah paham dalam mengambil kesimpulan maksud bid'ah itu maka akan kita bahas bersama pengertian bid'ah iersebut.

Bid'ah secara etimologi itu berarti hal yang baru atau hal yang dibuat-buat dalam agama setelah adanya kesempurnaan (lih. Lisan al-Arab juz 8Description: 8) sedangkan menurut syara' (syareat Islam) bid'ah adalah hal yang tidak pernah dilakukan Rasulullah saw, bid'ah yang terjadi pada zaman beliau dibagi menjadi lima macam yaitu, bid'ah yang diwajibkan, diharamkan, disunnahkan, makruh dan bid'ah yang mubah.

Mayoritas ulama yang terdiri-dari Imam Syafi'i beserta pengikutnya (al-'Iz bin Abdi as-Salam, Imam Nawawi, Abu Syamah), pengikut madzhab Imam Maliki (al-Qorofi, az-Zarqoni), pengikut madzhab Hanafi seperti Ibnu 'Abidin, dari madzhab Ahmad bin Hanbal seperti Ibnu al-Jauzi, dan pengikut madzhab Dzohiriyyah yaitu Ibnu Hazm. Mereka sepakat kalau bid'ah itu dibagi menjadi lima bagian sebagaimana yang sudah disebutkan diatas.

Imam Nawawi juga berpendapat bahwa suatu perkara yang tidak pernah dilakukan Rasulullah saw dinamakan bid'ah, tetapi sebagian baik dan sebagian lagi tidak.

Jadi tidak semua bid'ah itu jelek, bisa kita lihat ada bid'ah yang diwajibkan, seperti belajar ilmu nahwu, zaman Rasulullah saw ilmu ini belum ada, tetapi setelah ilmu ini ditemukan oleh ulama (Abu Aswad ad-Duali) maka mempelajarinya dianggap wajib kifayah, karena dengannya kita bisa memahami al-Quran, sebagaimana kaedah ushul fikih yang mengatakan: Sesuatu yang menjadikan kesempurnaan dalam wajib maka maka wajib hukumnya.

Bid'ah yang diharamkan seperti: Madzhab Qodariyyah, al-Jabariyyah, al-Murjiah, Muktazilah, Khowarij dan sebagian Syiah.

Bid'ah yang disunahkan seperti mendirikan sekolah, jembatan, masjid, sholat tarowih berjamaah di masjid, merayakan maulid nabi saw, dan lain-lainnya dengan syarat untuk mendekatkan kepada Allah swt.

Bid'ah yang dimakruhkan seperti: Hiasan masjid, hiasan untuk al-Quran dan lain sebagainya, juga bid'ah yang diperbolehkan seperti bersalaman setelah sholat, merayakan tahun baru dengan syarat tidak menyerupai kaum kafir dan tidak melanggar norma agama.

Bukti bahwa adanya bid'ah dibagi menjadi lima itu dengan dalil-dalil berikut ini:

!. Umar ra mengatakan bahwa sholat tarowih secara berjamaah dimasjid itu bidah yang paling nikmat, karena pada waktu itu banyak sahabat melakukan sholat tarowih secara sendiri-sendiri. (H.R. Bukhori)
2. Ibnu Umar mengatakan sholat dhuha secara berjamaah di masjid itu bid'ah, tetapi bid'ah yang dianggap baik. (H.R. Bukhori)
3. Hadis yang menyatakan bahwa bid'ah itu ada yang hasanah (baik) dan ada yang sayyiah (jelek), yaitu hadis yang diriwayatkan Imam Muslim dalam Shohehnya, yang artinya sebagai berikut: Barang siapa melakukan perbuatan yang baik maka baginya pahala kebaikan itu dan pahala orang yang melakukan kebaikan itu hingga hari kiamat. Barang siapa yang melakukan perbuatan yang jelek, maka baginya dosa dari kejelekan itu dan dosa orang yang melakukan kejelekan itu. 
 
Kesimpulan:
Tidak semua bid'ah itu jelek

Bid'ah yang tidak keluar dari subtansi Islam maka dinamakan bid'ah hasanah (baik).
Mengatakan bid'ah bahkan kafir kepada sesama saudara muslim yang masih memegang teguh ajaran Rasulullah saw akan membahayakan persatuan umat Islam

By: Salis Fitrowan Lc.

mardi 11 octobre 2011

Bid'ah....kafir....kafir...bid'ah..


‎..... bid’ah!!!, ..... kafir
..... bid’ah, ..... kafir
......kafir, ........bid’ah, ........kafir, .......bid’ah. Repot juga kalau punya temen yang suka mengeluarkan pernyataan-pernyataan seperti yang barusan aku sebutkan tadi, tapi mau gimana lagi allah maunya seperti itu. dan pastilah dibalik itu semua tersimpan pelajaran dan hikmah yang sangat bermanfaat bagiku.
Pagi itu tepatnya hari jum’at, aku belajar diatas kasur berselimut biru milikku dengan suasana adem ayem, tak ada suara-suara bising, suara mobil dipinggir jalan pun tampak teredam oleh kamar atasku yang tertutup rapat.
Sampai tak lama kemudian dua temanku datang memecah keheningan dengan perdebatan mereka yang membisingkan telingaku. Awalnya aku tak terlalu menghirauka mereka, tapi begitu medengar peryataan “tawasul bid’ah, ziaroh kafir, ..... bid’ah, ......kafir” yang terlontar dari mulut mereka spontan aku langsung emosi. Walau penyataan itu tidak ditujukan padaku tapi aku tetap merasa tersinggung terlebih itu semua tradisi Idonesia yan sudah sangat menjamur dengan didasari dalil dari ulama yang ngak diragukan lagi. Ingin rasanya ku lempar mulut itu pake’ “sandal” atau “tungkakku” yang mulai gatel ini, tapi ku urungkan niatku karena tobi’atku sebagai warga indonesia yang sungkanan dan sabar menolak hal itu.
Akhirnya aku hanya diam bukan tak bisa berbuat apa-apa tapi karena tak ingin berbuat apa-apa untuk meladeni mereka. Karena ku sadar betul bahwa dinegara mereka pusat pengembangan islam setingkat Pondok Salaf sangat teramat sangat minim, kalupun ada “wujuduhu ka’adamihi” alias sudah terlupakan. Dan itu sangat bisa difahami terlebih negara mereka terletak di dekat eropa, negeri yang paling “gregeten” klo’ medengar nama islam. Prancis, yang juga terkenal sebagai negara mode ini, dulu pernah melarang Muslimahya menggunakan jilbab sekitar tahun 1989. Pelajar Muslimah dikeluarkan dari kelas karena memakai jilbab, pekerja Muslimah dipecat dari kantornya karena mengenakan jilbab. Namun, mereka tidak menyerah begitu saja. Umat Islam Prancis menggoyang Paris dengan aksi-aksi demo menuntut kebebasan. Dan, umat Islam di berbagai negara pun turut melakukan protes atas kebijakan tersebut. Jadi maklumlah kalo’ mereka jadi seradikal itu.
Mereka berkata ini itu dengan dalil ayat ini ayat itu, hadis ini hadis itu dengan penjelasan yang kebetulan aku faham sekaligus pengen menertawakanya, itu karena mereka berfatwa tanpa didasari alat untuk mengambil hukum dari sumber hukum tersebut. Yang penting sudah mafhum atau shohih “yakfii” kalo’ kata mereka. Bagaikan orang yang ingin ngambil buah mangga dan sudah memanjatnya, tapi tak tau bahwa yang dia panjat itu pohon jengkol, atau pengen jengkol tapi yang dia panjat pohon mangga, atau kalo’ mau anda bisa memperpanjang dan mengkiaskannya sendiri.
Ini adalah potret kenyataan sebuah fakta bahwa semangat tanpa di dasari pengetahuan yang memadahi dapat mendorong seseorang untuk memutlakkan apa yang sudah dan sedang dia ketahui, boleh jadi juga akibat terlalu tinggi menghargai diri dan terlalu kagum dengan “pengetahuan barunya. Lalu menganggap yang di kemukakanyan merupakan pendapatnya dan pendapantya adalah kebenaran sejati satu-satunya. Pendapat-pendapat lain yang bebeda pasti salah. Dan yang salah pasti jahannam.
Terlebih dewasa ini dalil yang semestinya berfungsi sebagai pengatur dan tolak ukur persepsi seseorang kini berbalik menjadi pesepsilah yang mengatur dan menolak ukuri dalil tersebut. Mestinya orang mencari dalil sebelum beranggapan kini berbalik menjadi orang mencari dalil setelah beranggapan. Oleh karenanya aku lebih memilih diam ketimbang protes dengan pernyatan temanku itu. Karena aku tau kalo’ orang seperti mereka itu sangat “ngengkelan” sekalipun sudah di ingatkan kesalahannya mereka akan terus mencari dalil yang kiranya bisa meng-iya-kan anggapan mereka, sekalipun dalil itu hanya nyrempet.
Alhamdulillah walaupun dengan diam tadi sedikit akan hati tapi se-iya-iya-nya kan aku sudah dapat pelajaran berharga yang dapat aku abadikan dalam tilusanku ini. Semoga temanku dalam tulisanku itu aku, semoga allah memberikan taufik hidayah kepadaku. 

Amiiin ........!!!!dan semoga temenku itu diberikan taufiq hidayat oleh allah agar bisa berfatwa secara profesional atau lebih profesional kalo’ memang dia yang benar. Tapi kalo’ ternyata aku yang salah dan yang pantas jadi “fa’il” .


Gus: Abet

Aku

Aku adalah yang sering kalah dengan mentari saat memburu pagi. Aku adalah yang selalu kalah dengan bulan dan bintang saat menjaga malam. Aku yang sering tertidur. Mencoba lepas dari letih. Dan kau tahu aku hanya (pernah) menang dari senja. Ya, saat matahari mulai beringsut tak kentara ke barat sana dan saat rembulan siap menggantikan tugas matahari. Saat itu lah senja, rona jingga seolah memberi peluang, saat aku (pernah) menang, saat ku anggap itu jeda. Ah, aku belum terlalu lihai berkejaran dengan detak dan napas waktu.

Aku juga pernah menantang kata-kata agar tak berakhir menjadi kenangan. Tapi lagi-lagi aku tak memenangkan pertandingan itu. Aku mengalah pada waktu. Kau tahu? Karena dia begitu pintar membingkai kata menjadi kenangan. Bersama angin dia tak pernah letih mengenalkanku dengan 1 kata lalu membingkainya lagi dengan kenangan, membungkusnya untuk diberikan padaku lagi.

lundi 10 octobre 2011

Perkembangan Islam Di Eropa


1. Islam masuk ke Eropa
Kaum muslimin memasuki benua Eropa ialah sejak adanya permintaan bantuan oleh Graf Yulian seorang bangsawan Gothia Barat yang berkuasa di Geuta Afrika Utara kepada gubernur Afrika Utara Musa bin Nushair agar membantu keluarga “Witiza” menghadapi tentara roderik yang memberontak merebut singgasan Witiza pada tahun 710 M.
Permintaan tersebut selanjutnya oleh Musa disampaikan kepada Khalifah Walid bin Abdul Malik di Damaskus, ternyata dikabulkan dengan pesan agar Musa berhati-hati. Maka sebagai penjagaan dikirim ekspedisi pertama berjumlah 200 orang dipimpin Tharif bin Malik yang mendarat di Tarifa. Keberhasilan Tharif meyakinkan Musa akan kesungguhan Graf Yulian, selanjutnya dikirm pasukan pilihan dibawah pimpinan Thariq bin Ziyad seorang panglima yang gagah berani melalui kota tanger terus menyebrangi selat yang ganas, yang kini kita kenal dengan nama selat Giblaltar (Jabal Thariq) untuk mengabadikan nama Thariq. Pasukan tahriq mendarat di Spanyol pada tahun 91 H (710 M) tepat disaat konsentrasi pasukan Roderik ke wilayah Spanyol Utara guna memadamkan pemberontakan. Yang menarik dari pasukan Thariq adalah ketika semuanya telah mendarat, semua kapal dibakar habis dengan maksud agar tidak ada pasukan yang melarikan diri untuk mundur. Dihadapan pasukannya dengan berapi-api ia berkata :
“ Musuh di depanmu dan laut dibelakangmu, maka terserahlah mana yang menjadi pilihanmu”
Maka dengan mudah pasukan Thariq menguasai beberapa benteng. Dengan siasat demikian, maka tidak ada pilihan lain kecuali maju ke medan laga menghadapi musuh yang berlipat ganda jumlahnya. Pada pertempuran di Xeres Rodherik turut tewas yang berarti melapangkan jalan menuju sukses selanjutnya. Kota demi kota berhasil direbutnya, seperti Cordova, Malaga, Toledo ibukota Negeri Ghotia Barat.
Keberhasilan Thariq tersebut mendorong keinginan Musa bin Nushair untuk menyusulnya, dengan membawa tambahan pasukan sebanyak 10.000 orang dia datang ke Spanyol. Di Toledo keduanya bertemu, saat itu sempat terjadi perselisihan, namun dapat didamaikan oleh Khalifah. Keduanya selanjutnya bahu membahu melanjutkan memasuki kota Aragon, Castylia, Saragosa dan Barcelona hingga samapi ke pegunungan Pyrenia. Dalam waktu hanya 7 tahun hampir seluruh Andalusia sudah berada dalam genggaman kaum muslimin, kecuali Glacia.
Pada masa pemerintahan bani umayah di Damaskus, Andalusia dipimpin oleh Amir (gubernur) diantaranya oleh putra Musa sendiri, yaitu Abdul Aziz. Runtuhnya kebesaran Bani Umayah di Damaskus dengan berdirinya daulah bani Abbasyah di bawah pimpinan Abdul Abbas As Safaf (penumpah darah) yang berpusat di baghdad, yang menyebabkan seluruh keluarga Kerajaan Bani Umayyah ditumpas. Namun, salah seorang keturunan dari Bani Umayah, yaitu Abdur Rahman berhasil melarikan diri dan menyusup ke Spanyol. Di sana dia mendirikan Kerajaan Bani Umayah yang mampu bertahan sejak tahun 193-458 H (756-1065 M).
Kondisi masyarakat Spanyol sebelum Islam mereka memeluk agama khatolik, dan sesudah Islam tersebar luas tidak sedikit dari mereka yang memeluk agama Islam secara suka rela. Hubungan antar agama selama itu dapat berjalan dengan baik karena raja-raja Islam yang berkuasa memberi kebebasan untuk memeluk agamanya masing-masing. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika disana telah terjadi percampuran darah juga terdapat orang-orang yanng berbahasa Arab, beradat istiadat Arab, meskipun tetap memeluk agama nenek moyang mereka.
Keberadaan kerajaan Islam di Spanyol sungguh merupakan perantara sekaligus obor kebudayaan dan peradaban. Dimana ilmu pengetahuan kuno dan filsafat ditemukan kembali. Disamping itu, Spanyol menjadi pusat kebudayaan, karena banyaknya para sarjana dan mahasiswa dari berbagai pelosok dunia berkumpul menuntut ilmu di Granada, Cordova, Seville, dan Toledo. Di kota-kota tersebut banyak melahirkan ilmuwan terkemuka. Seperti Abdur Rabbi (sastrawan terkemuka), Ali ibn Hazn (penulis 400 jilid buku sejarah, agama, logika, adat istiadat), Al Khatib (ahli sejarah), Ibnu Khaldun (ahli filsafat yang terkenal dengan bukunya “muqaddimah”), Al Bakri dan Al Idrisi (ahli ilmu bumi), dan Ibnu Batuta adalah pengembara terkenal yang menjelajahi negeri-negeri Islam di dunia. Kemudian lahir pula seorang ahli filsafat yang lain, yakni Solomon bin Gabirol, Abu Bakar Muhammad, Ibnu Bajjah (ahli filsafat abad 12 pentafsir karya0karya Aristoteles), dan Ibnu Rusyd (ahli bintang, sekaligus seorang dokter dan ahli filsafat). Adapun sumbangan utama Ibnu Rusyd di bidang pengobatan ialah buku ensiklopedi dengan judul Al Kuliyat fit At Tibb, serta buku filsafat “Thahafut At Tahafut”.
Perlu pula diketahui bahwa peranan wanita-wanita muslim di Spanyol saat itu tidak hanya mengurus dapur mereka, tetapi mereka juga memberikan sumbangan besar di bidang kesustraan, seperti Nazhun, Zaynab, Hamda, Hafsah, Al-Kalayyah, Safia dan Marian dari Seville (adalah seorang guru terkenal). Penulis-penulis wanita dan dokter0dokter wanita, seperti Sysyah, Hasanah At Tamiyah dan Umm ul Ula serta masih banyak lagi. Pada abad 12 di Spanyol didirikan pabrik kertas pertama. Kenangan pertama dari peristiwa itu ialah kata “Rim” melalui kata “Ralyme” (perancis selatan) diambil dari bahasa Spanyol “ Risma” dari bahas Arab “Rizma” artinya bendel.
Berakhirnya kekuasaan Bani Umayah di Spanyol di bawah kekuasaan dibawah Khalifah Sulaiman, diganti oleh dinasti-dinasti Islam kecil, seperti Al-Murabithin, Al-Muhades (muwahidun) , dan kerajaan bani ahmar. Setelah delapan abad umat Islam menguasai Andalusia pada tahun 898 H (1492 M). Raja Abdullah menyerahkan kunci kota Granada kepada Ferdinand pemimpin kaum Salib, yang selanjutnya beliau menduduki istana Al Hambra, dimana sebelum itu Khalifah Abdullah bersedia menandatangani perjanjian yang terdiri atas 72 pasal, diantara isinya antara lain Ferdinand akan menjamin keselamatan jiwa keluarga Raja Bani Ahmar, demikian pula kehormatan dan kekayaan mereka. Dalam pada itu, kemerdekaan beragama pun akan dijamin terhadap kaum muslimin yang tinggal di Andalusia. Akan tetapi, di kemudian hari perjanjian tersebut diingkari oelh Ferdinand sendiri dan malah mendesak semua pasukan raja Abdullah untuk masuk Kristen, jka menolak diusir dan harta bendanya disita.
Pertumbuhan agam Islam di Eropa sekarang memang cukup sulit dibandingkan dengan berdakwah di Asia-Afrika, dimana masyarakatnya terlanjur sekuler,namun karena kegigihan para mubaligh berdakwah sehingga dalam perkembangannya agama Islam semakin baik dalam kualitas maupun kuantitasnya. Apalagi setelah Paulus Paulus II membuka dialog antar umat beragama, seperti yang dilakukan terhadap tokoh-tokoh muslim khususnya dari Indonesia dan pada masa hidupnya Paus Paulus II pernah mengundang Mneteri Agama RI untuk menjelaskan praktek kerukunan hidup beragama di tanah air.
Di Spanyol atau Andalusia pada tahun 1975 sekelompok pemuda masuk Islam, mereka mendirikan masyarakat muslim di Cordova. Kemudian pada tahun 1978 mereka dapat melaksanakan Shalat Idul Adha di Kathedtral (bekas masjid) setelah memohon izin Uskup Cordoba Monseigneur Infantes Floredo. Bahkan, walikota Tulio Anguila melaksanakan teori kerukunan beragama. Ia menawarkan umat Islam menggunakan taman kota dengan diberi kemah besar untuk melaksanakan shalat Idul Adha dan shalat berjamaah. Disana terdapat madrasah yang dikelola Dr. Umar Faruq Abdullah yng mengajar bahasa Arab, ilmu Al Qur’an, tafsir, fiqih, hadis dan lain sebagainya.
Di Belgia, berdiri pula gedung Islamic Center sebagai pusat kegiatan dakwah Islam. Jumlah umat Islam disana sekitar 150.000 orang. Pada tahun 1980 di Brussel diselanggarakanMukhtamar Islam Eropa.
Di Austria, pada awala abad 15 H. Pada tahun 1979 dibuka Islamic Center di kota wina yang dapat menampung 30.000 jamaah, dilengkapi masjid jami’, perpustakaan Muslim’s Social Service, madrasah dan perumahan imam. Agama Islam diakui agama resmi setelah Kristen.
Di Belanda, tepatnya di kota Almelo telah dibangun sebuah masjid yang megah. Di kota ini pula telah dibentuk federasi organisasi Islam dipimpin Abdul Wahid Van Bomel (bangsa Belanda asli). Bomel memperjuangkan agar buruh-buruh muslim yang umumnya dari Asia Selatan dan Afrika supaya diberi kesempatan melakukan shalat lima waktu. Tanggal 14 oktober 1983 di kota Redderkerk dibangun sebuah masjid yang dapat menampung 500 jamaah dilengkapi ruang diskusi, ruang tamu, tempat wudhu, dan lain sebagainya.
Inggris, termasuk salah satu negara yang cukup bagus pengembangan Islamnya. Hal ini didukung dengan kepeloporannya dalam pemindahan Universitas Islam Toledo di Spanyol ke Inggris. Sejak itu Inggris mempunyai Universitas Cambridge dan Oxford. Mozarabes salah satu tokoh yang amat berjasa dan aktif dalam penyebaran ilmu pengetahuan agama Islam. Ia mengganti namanya menjadi Petrus Al Ponsi, dan beliau menjadi dokter istana Raja Henry I. Pengembangan Islam dilakukan tiap hari libur, seperti hari Sabtu dan Ahad baik untuk anak-anak maupun orang dewasa. Beberapa organisasi Islam yang ada di Inggris.
1. The Islamic Council of Europe (Majlis Islam Eropa) berfungsi sebagai pengawas kebudayaan Eropa.
2. The Union of Moslem Organization( Persatuan Organisasi Islam Inggris)
3. The Asociation of British Moslems (Perhimpunan Muslim Inggris)
4. Islamic Fondation dan Moslem Institute. Keduanya bergerak di bidang penelitian, beranggotakan orang-orang Inggris dan imigran
Di pusat kota London dibangun Central Mosque (Masjid Agung) yang selesai pembangunannya pada tahun 1977 terletak di Regents park, dan mampu menampung 4000 jamaah, dilengkapi perpustakaan dan ruang administrasi serta kegiatan sosial. Disamping itu, orang-orang Islam Inggris juga membeli sebuah gereja seharga 85.000 poundsterling di pusat kota London yang akan dijadikan pusat pendidikan ilmu agama Islam. Pemeluk agama Islam disini selain bangsa Inggris sendiri juga imigran Arab, Turki, Mesir, Cyprus, Yaman, Malaysia dan lain-lain yang jumlahnya ± 1 ½ juta orang (menurut catatan The Union of Moslem Organization), dan disini agama Islam merupakan agama nomor dua setelah Kristen. Al Qur’an pertama kali diperkenalkan di Inggris oleh Robert Katton yang ditejemahkan ke dalam bahasa latin. Kemudian kamus Arab-Inggris pertama disusun sarjana Inggris E.W.Lanes. juga dinegeri Pangeran Charles ini muncul pada tahun 1985 seorang walikota muslim yang Muhammad Ajeebdi stradford Inggris. Dan sejak itu, masyarakat muslim dan mahasiswa Universitas Oxford mendirikan “Pusat Kajian Islam”.
Roma merupakan negeri pusat agama Katolik, disana berdiri ± 917 gereja khatolik, protestan, ortodhox, yunani maupun synagoge. Perkembangan Islam dinegeri itu tidak seperti negara-negara Eropa lainnya. Meskipun demikian, sejak tahun 1984 umat Islam berhasil meletakkan batu pertama pembangunan masjid di taman Morst Antene di Pariali, yakni suatu daerah yang tertib di roma. Selama ini umat Islam di Italia baru memiliki mesjid di kota Catania Sicilia, dan pertengahan tahun 1995 mesjid bantuan Arab Saudi itu telah diresmikan pemakaiannya. Jumlah umat Islam di Roma sekitar 30.000 orang, sedang di Italia (selain Roma) berjumlah 29.000 jamaah.

dimanche 9 octobre 2011

Indahnya Kebersamaan


Indahnya kebersamaan.
Mungkin dua kata itu kuanggap paling tepat untuk mengungkapkan arti pentingnya kebersamaan dalam sebuah keluarga. Entah itu antara suami istri, bapak Ibu, ortu dengan anak, kakak dan ade, bahkan kita dengan pembantu di rumah pun. Terkadang kita  “lupa” menyadari pada saat kita berdekatan dengan mereka, kita tidak memikirkan bahwa arti hadirnya mereka sangat penting. Tapi.. saat kita berada di tempat yang berbeda, jauh dari mereka dan lagi sendiri betapa kita akan merasakan kesepian, kangen dan membutuhkan mereka. Apalagi kalau kita lagi jatuh sakit, di perantauan lagi. Aduuuhhh… pasti kebayang deh bagaimana rasanya menderita hidup “sebatang kara”.
Ini aku rasakan tiga hari yang lalu tepatnya hari Jumat tanggal 7 ”11 saat aku lagi tugas di Tanger (salah satu kota maroko yang berdekatan dengan spanyol). Mungkin karena aktifitasku yang tinggi, padat schedule, kurang istirahat, udara Tanger yang begitu terik di siang hari, aku harus mondar mandir dari satu tempat ke tempat lain, ditambah pola makanku yang kurang teratur karena telat makan dan minum membuat kesehatanku sedikit drop. 
Awalnya aku hanya merasa sedikit pening kepala, tapi karena pekerjaan banyak maka aku abaikan saja dan itu aku rasakan beberapa hari selama masih di Rabat dan sebelum berangkat ke Tanger. Makin dibiarkan ternyata selama aku di Tanger keluhanku makin bertambah, yang awalnya cuma sakit kepala, bertambah sakit perut bagian ulu hati mual, akhirnya muntah-muntah,  badan meriang,  keluar keringat dingin terus,  jantung serasa berdebar kencang,  buang-buang air segala,  sampe badan terasa lemes. Di Tanger sendiri lagi,  jatuh sakit,  tidak ada yang menemani,  tidak ada yang dimintain tolong untuk ambil ini atau itu, alamaakk…lengkap sudah penderitaanku. Aku merasa jauh dengan keluargaku, saudara, teman-teman, ade,kakak dan saudara lainnya.  Aku menyadari betapa penting arti mereka bagiku. Meski terkadang hanya sekedar  minta tolong adik, atau kakak untuk mengambilkan makan atau minum atau yang laennya hal kecil sekalipun. Aku merasakan ternyata aku kesepian tanpa mereka. Aku jadi betul betul kangen berat dengan mereka. Kangen berada ditengah-tengah mereka. Kangen kebersamaan. Kangen kemesraan bersama teman dan keluarga yang menemaniku setiap hari.
Saat itu aku berpikir  betapa indahnya sebuah kebersamaan apalagi keindahan itu kita bisa rasakn bersama-sama..
emak..aku rindu engkau mak..aku ingin sekali memelukmu.
Kusnadi El-Ghezwa
(Diperbatasan Andalusia)

vendredi 7 octobre 2011

KAMI BUTUH BUKTI BUKAN JANJI


’’KAMI BUTUH BUKTI BUKAN JANJI’’
Sudaha 66 tahun indonesia merdeka. Sebagaimana termaktub dalam pembukaan UUD 1945 bangsa Indonesia tampak telah berteguh hati untuk mengisi karunia ilahi tersebut dengan memakmurkan negeri, mencerdaskan bangsa dan mendamaikan dunia. Sebuah idelitas yang amat luhur. Hari setelah 66 tahun terlewati, memang banyak hal yang dicapai, tetapi tidak kalah banyak pula hal yang terlewati.
De facto, realitas sejarah Indonesia kemaren hari hingga hari ini masih menunjukan secara nyata betapa Indonesia masih (dan sedang ) dihadapkan pada aral melintang yang  bukan alang kepalang dalam mewujudkan idealitas luhur tersebut. Ancaman, gangguan, hambatan dan tantatangan datang dari segala penjuru dari dalam dan luar negeri.
Pembrontakan politis dari para separatis yang tidak betah tinggal di NKRI, perilaku korup dan kolusif, terjebak hutang global dan seterusnya pembangunan tidak lagi murni demi idealitas luhur. Sebuah era tinggal kandas yang dulu digembar-gemborkan, malah akhirnya menjadi era ’’tinggal kandas’’ seiring dengan ambruknya tahta sang raja orde baru.
Apa yang tersisa kemudian tidak lain kecuali kehilangan, kekurangan dan kerugian disegenap lini kehidupan bangsa yang terus memperparah kondisi bangsa ini indikator paling nyata adalah belum tersedianya kebutuhan dasar rakyat (kesehatan, pendidikan dan lapangan pekerjaan) secara merata. Didalam memperoleh tiga kebutuhan dasar ini seharusnya dijamin oleh pemerintah tetapi apa yang kini terjadi malah sebaliknya, pemerintah malah mulai melepas tanggung jawab tersebut. Padahal menjamin kebutuhan dasar rakyat amanat dari Undang Undang Dasar yang harus ditunaikannya. Jika tidak, pemerintah seharusnya mengundurkan diri atau diundurkan oleh rakyat yang memlihnya. Buah dari ketidakamanahan pemerintah ini adalah meroketnya biaya kesehatan sulit didapatkannya pekerjaan dan melangitnya biaya pendidikan.
Repotnya memenuhi kebutuhan dasar ini mengakibatkan derajat kesehatan Rakyat Indonesia semakin memburuk, angka kematian bayi dan ibu semakin meninggi. Jumlah pengangguran merajalela dan terus bertambah dan lahirnya generasi yang tidak terampil karena tidak terdidik secara baik.
Hanya orang-orang kayalah yang kemudian mampu meningkatkan kualitas kehidupannya, kekayaan kemudian berputar hanya di segelintir orang, sementara kemiskinan terus menghantui sebagian besar orang. Jadilah paras wajah Indonesia hari ini dipenuhi oleh orang-orang yang disatu sisi, semakin kaya dan pintar, dan disisi yang lain, semakin miskin dan bodoh. Kondisi seperti ini jika tidak segera diatasi , akan terus memicu munculnya kecemburuan sosial dan kedengkian ekonomi. Puncak dari krisis ini adalah merebaknya kriminalitas dan masalah sosial lainnya.
Disinilah  sebenarnya peran pemimpin perlu dipertanyakan tentang keamanahan sikap dan kekonsistenan janji yang telah diucapkannya pada pelantikan sebagai presiden dihadapan rakyat. Saya memandang penting hal ini , sebab satu kesalahan yang dilakukan seorang presiden dalam mengambil kebijakan sama dengan seratus juta nyawa rakyat dikorbankan. Ketidakkonsistenan antara yang dikatakan dan yang dilakukan oleh para pemimpin telah memicu kemarahan dan kegeraman tersendiri bagi masyarakat terutama para mahasiswa. Wujudnya adalah demonstrasi dipelbagai daerah dan di sejumlah tempat-tempat penting. Mereka juga melakukan beberapa tindakan anarkis seperti penjarahan, pelemparahan batu, perusakan beberapa tempat penting, dan lain sebagainya.
Inti dari aksi tersebut adalah menuntut  agar para pemimpin yang sedang duduk manis dikursi jabatannya  segera digulingkan. Karena mereka juga dinilai tidak mampu menstabilkan suasana. Bahkan tanpa sadar mereka telah mencekik leher rakyat sendiri dengan perbuatan yang telah mereka lakukan bukan dengan tanpa tidak sadar, seperti korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) . Selain itu hutang Negara semakin menumpuk. Tentu saja hal itu merupakan bagian dari  ulah para koruptor –koruptor tersebut. Mereka tidak pernah memikirkan bagaimana caranya agar Indonesia bisa melunasi hutangnya. Yang mereka pikirkan hanyalah bagaimana caranya agar kantong mereka bisa penuh dan semua yang mereka inginkan bisa terpenuhi, walaupun sesungguhnya mereka sadar bahwa ysng mereka ambil adalah milik seluruh rakyat Indonesia, dan apa yang mereka lakukan akan menjatuhkan citra Indonesia di mata dunia. Disebutlah kemudian sistem pemerintahan Indonesia sebagai sistem paling korup.
Sebuah kejadian yang sangat kita sesalkan dan perlu diakji ulang. Indonesia, sebuah Negara kepulauan yang memiliki pelbagai macam kekayaan alam dan juga pelbagai macam kebudayaan, begitu juga rakyatnya yang dikenal hidup dengan makmur hingga memiliki julukan “ Gemah Ripah Loh Jinawi” ternyata para pengemban amanatnya adalah seorang  koruptor cerdik yang tanpa memperhitungkan akibat yang nantinya akan terjadi, setelah mengambil apa yang telah dihasilkan oleh rakyat.
Fakta megatakan bahwa tidak hanya pejabat kalangan atas saja yang berani melakukan tindak korupsi, kolusi dan juga nepotisme. Akan tetapi juga termasuk pejabat kalangan menengah  dan kalangan bawah. Bahkan secara tak tersadari, kejadian-keajdian seperti itu sudah menjadi hal yang lumrah dan tak seorangpun yang berani menghentikannya. Untuk mengantisipasi hal tersebut, pemerintahpun membuat pelbagai macam peraturan pemerintah yang berisikan tentang undang-undang anti korupsi yang salah satu isinya adalah: “Barang siapa yang dianggap melakukan tindak korupsi terhadap  Negara, maka dia akan dihukum dalam kurun waktu yang telah ditentukan” .
Memang benar semua itu telah berjalan, walaupun belum seluruh koruptor tertangkap. Akan tetapi sayangnya UU semacam itu hanya berlaku beberapa saat saja dalam waktu yang singkat. Setelah itu sebagian koruptor yang telah ditahan (dihukum), dibebaskan kembali dengan begitu mudahnya. Jika kita pikirkan kembali, betapa mudah mendapatkan sesutau dengan uang, walaupun itu adalah sebuah kejujuran maupun sebuah keadilan yang sebenarnya merupakan hal yang sangat berharga dan patut diperjuangkan. Betapa tidak berharaganya sebuah hukum, jika dengan semurah itu hukum dapat dibeli dengan setumpuk uang, betapa mudah mendapatkan sebuah kursi jabatan hanya dengan slembar cek.
Kalau hendak dicermati lebih mendalam lagi, sebenarnya istilah koruptor itu tidak jauh  beda dengan “sariq” pencuri. Hanya saja perbedaannya adalah para pelaku korup juga mengambil harta orang lain( rakyat ) denagn cara sembunyi-sembunyi. Bahkan mereka juga tidak segan-segan meraup sampai bertriliyun-triliyun rupiah banyaknya. Hanya bedanya koruptor ini didukung oleh kekuasaan (backing power) di belakangnya.
Dengan kata lain dia telah mengabaikan amanat yang telah dipercayakan padanya. Amanat serta kepercayaan yang diberikan oleh rakyat terhadap mereka hanyalah merupakan sebuah symbol belaka. Semua itu digunakan hanya untuk menutupi perbuatan-perbuatan bejat yang mereka lakukan. Mereka mengatakan demi kepentingan rakyat sepenuhnya, padahal yang terjadi justru sebaliknya. Semua tindakan tersebut banyak mengundang hysteria social masyarakat. Maka jangan heran jika tudingan sinis selalu terarah pada mereka, terutama kepada koruptor yang pandai memetik kesempatan di balik amanat yang dititipkan kepadanya. Sudah selayaknya mereka diganjar dengan memborgol kekuasaannya.
Fakta hari ini menunjukan, Negara kita mengalami kesulitan yang bukan alang kepalang dalam menemukan sosok pemimpin yang bisa mengayomi seluruh rakyat, yang bisa mendekatkan gap  antara sikaya dan simiskin. Apa mau dikata semua pemimpin yang kita miliki selama ini masih menunjukan sikap kepemihakan pada sebagian rakyat, yakni kelompoknya sendiri.
Semua itu merupakan tantangan besar. Terutama bagi seluruh umat islam ditanah air. Bagaimana langkah yang tepat untuk membawa Indonesia ke depan menjadi lebih baik dari hari ini? Dalam hal ini diperlukan seorang yang mampu membawa Indonesia kepada tujuan dan cita-cita pembangunan nasional yang sesungguhnya untuk dilaksanakansecara murni dan konsekuen sesuai dengan Pancasila serta UUD 1945. Dia adalah sosok yang sangat diidam-idamkan oleh bangsa Indonesia.
Untuk memperoleh seseorang seperti ini, kriterianya tidak hanya pengtahuan umum saja, akan tetapi juga pengetahuan agama. Hal tersebut dimaksudkan agar dalam memimpin sesuatu tidak mudah digoyahkan oleh godaan sedahsyat apapun, seperti korupsi.

Bagaimana kita melangkah?

Sebagaimana catatan getir diatas, factor kegagalan terbesar di bumi Indonesia ini terletak pada pemimpin, terutama Presiden dan Wakil Rakyat yang ada di DPR, ataupun DPR I dan II. Merekalah yang paling menentukan sejarah bangsa ini. Dengan kekuasaan dan kekuatan yang dimilikinya mereka mampu membuat bangsa ini putih mengkilap, tetapi juga bisa sebaliknya, hitam melegam.
Maka, yang pertama-tama perlu digagas adalah bagaimana melahirkan sosok pemimpin dan wakil rakyat yangaccountable, legetimed, credible, capable, dan accectable. Dalam Islam, pemimpin seprti itu adalah baginda Nabi besar Muhammad saw. Beliaulah sosok pemimpin yang mampu meraih kesuksesan dalam semua bidang kehidupan, baik pribadi, keluarga maupun masyarakat  secara keseluruhan. Memimpin dirinya sendiri sukses, dan memimpin suatu Negara yang penuh dengan pluralitas penduduk, agama, etnis , ras, dan kepentingan, juiga sukses.
Tak heran melihat prestasi Muhammad ini seorang sejarawan Barat, Michael Hart (1986) menempatkan Nabi penutup ini pada posisi pertama seratus tokoh berpengaruh dalam sejarah. Pengakuan Hart memiliki landasan argumentasi epistimologis-historis. Paling tidak, bukti dan argumentasi penilaian tersebut didasarkan antara lain pada implikasi kehadiran Nabi Muhammad saw dalam membawa agama islam sebagai cahaya kegelapan dunia yang sudah dirasuki ketamakan, kejahatan, kebiadaban, dan ketidakadilan. Nabi mampu merubah semuanya menjadi indah, sempurna laksan taman surga.
Muhammad saw memang pemimpin yang betul-betul cemerlang pribadinya. Walaupun tidak mempunyai istana, tidak memakai mahkota, tidak memakai tanda jasa, juga tidak duduk disinggasana, tetapi tidak berkurang kemuliaannya sampai detik ini. Beliau adalah figure pemimpin yang sukses dalam segala sisi. Ucapan dan tindaknnya menjadi  mutiara ilmu yang bertumpuk-tumpuk (dibukukan dalam hadis) sepanjang masa. Tidak akan lapuk oleh hujan dan tidak akan layu oleh panasnya rotasi kehidupan. Kesederhanaan, keteladanan, kesahajaan, dan pengorabanannya untuk umat menjadi ciri sukses. Beliau mampu mendirikan Negara dan titik awal ditengah-tengah bangsa yang tidak memiliki pengalaman politik selain organisasi kesuksesan. Tidak luput, beliaupun berhasil menetapkan norma-norma hukum yang lebih kosmopolit dan manusiawi daripada hukum yang telah ada saat itu. Perjanjian multigama dan etnis yang diprakarsai oleh Nabi itu mengandung dua prinsip yaitu kesetaraan (equality) dan keterbukaan (inklunsivisme) .
Salah satu factor kesuksesan Nabi tersebut tertera dalam sabdanya,”sayyidul Qoumi Khodimuhum” pemimpin suatu kaum adalah pelayannya. Karena sebagai pelayan, maka pemimpin harus memperhatikan kebutuhan dan kemauan rakyat yang dipimpin. Beliau selalu mengalah demi kepentingan rakyat yang di pimpinnya. Baginya, kepuasan batin adalah apabila mampu memuaskan rakyat yang di pimpinnya. Setiap hari belaiau berfikir bagaimana rakyat bisa cukup ekonominya, maju pendidikannnya, luhur moralitas dan mentalitasnya, hidup penuh kedamaian, kebahagiaan, persaudaraan, kekeluargaan, tidak ada dendam, iri hati, dengki dan perilaku negative lainnya. Semua karakteristik Nabi tersebut terhimpun dalam sifat kenabian yang jumlahnya ada empat  pertama Shiddiq,(jujur) kedua, Amanah , (dapat dipercaya)ketiga, Tabligh,(kredibel) dan yang keempat Fathanah (cerdas).
Ringkasnya, pemimpin bukanlah mereka yang suka mengumbar janji tanpa adanya bukti dan bukan pula yang hanya suka memberikan tataran kata-kata tanpa fakta namun pemimpin yang sejati adalah orang yang setiap perkataan, perbuatan dan sepak terjangnya, baik sendiri maupun bersama selalu menjadi cermin bagi orang lain. Dia selalu mampu dijadikan sebagai uswah hasanah (suri tauladan ) bagi seluruh masyarakat yang dipimpinnya. Karakter presiden seperti inilah yang menjadi pilihan kami atas nama wong biasa (orang biasa) dan saya yakin seluruh umat islam dan bangsa Indonesia mendambakan pemimpin seperti ini.

Semoga Tuhan senantiasa memberikan pertolongan atas cobaan yang telah diberikan pada bangsa tercinta ini.
Wallahu a’lam bi al-showab

By: Kusnadi El-Ghezwa 
15.54

Berbuat Baik Kepada Non Muslim



Islam tidak melarang kepada umatnya untuk menghormati agama lain, bahkan Islam menganjurkan untuk menjalin silaturrohim bersama mereka, menerima hadiah dan mengunjungi orang sakit dari non muslim, hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat al-Baqoroh ayat 83 yang menyuruh kepada kaum muslimin untuk berkata baik kepada siapapun baik itu muslim atau non muslim, begitu juga dalam surat an-Nahl ayat 90 Allah memerintahkan umat ini untuk berlaku adil dan berakhlak mulia kepada siapapun, jadi sungguh sangat menyedihkan sekali jika ada kaum muslimin yang menghina saudara kita yang non muslim, ini justru akan melabelkan kepada kita bahwa Islam tidak mempunyai toleransi, padahal sebaliknya justru Islam menjunjung nilai toleransi dalam beragama.

Perintah dakwah tetaplah diperintahkan kepada umat ini, tetapi tugas seorang dai hanya sebagai perantara untuk menyampaikan syareat Allah dan tidak diperintahkan untuk memaksa umat mengikuti apa yang dia sampaikan, karena hidayah itu datangnya dari Allah swt. Sebagaimana Rasulullah saw menyampaikan risalah karena perintah dari Allah dan sama sekali beliau tidak pernah mencaci-maki mereka yang tidak mau memeluk Islam, disinilah wujud toleransi Islam kepada mereka yang beragama lain.

Diceritakan dalam kitab Majma' Az-zawaid yang dikarang oleh al-Haitsami bahwa sebab masuk Islamnya Salman al-Farisi karena waktu itu dia memberi hadiah kepada Rasulullah saw dan beliau menerimanya hadiah tersebut, sungguh ini bentuk penghormatan beliau kepada non muslim. Diriwayatkan pula dari Ali bin Abi Thalib ra bahwa Rasulullah saw menerima hadiah raja Kisro, raja Qoishor dan raja-raja lainnya.

Kita mengenal didalam Islam ada tiga bentuk petsaudaraan, yaitu: 1. Ukhuwwah Islamiyyah (Persaudaraan sesama muslim) 2. Ukhuwwah Wathoniyyah (Persaudaraan sesama bangsa) 3. Ukhuwwah Insaniyyah (Persaudaraan sesama umat manusia).
Dari tiga bentuk persaudaraan tersebut tidak boleh bagi umat ini untuk meninggalkan salah satu darinya.

By; Salis Fitrowan Lc.

jeudi 6 octobre 2011

Islam dan Demokrasi

Kondisi negara Islam mengalami banyak perubahan sejak berdirinya hingga akhir Khilafah Usmaniyah, ketika kesepakatan masyarakat terwujudkan, adanya keilmuwan yg meluas dan kondisi zaman yang mengharuskan pengkhususan kepada hal tertentu, dari sinilah umat Islam membentuk peraturan-peraturan yg berlaku sesuai dengan perkembangan yang ada, kita ambil contoh pada zaman Umar bin Khattab ra mulai dibentuk badan-badan tertentu untuk mengakomodir tugas-tugas tertentu (Dawawain), pada masa awal dinasti Umawiyyah mulai dibuat mata uang, munculnya badan pelaksana keamanan dalam negeri (Syurthoh), pertahanan negara (Tentara). dan juga badan kehakiman (sulthoh qodhoiyyah).

Islam mempunyai reaksi yang sangat jelas untuk dapat diaplikasikan dalam setiap masa, Kaum muslimin pada era permulaan sudah dapat mengaplikasikan ke-Islamannya, tentunya ini atas dasar kesepakatan umat dan karena semakin banyaknya tugas-tugas negara.

Islam menjunjung tinggi hak-hak berpolitik , hal tersebut bisa diwujudkan dalam pencapaian berikut ini:

1. Pemilihan seorang pemimpin dengan dasar adanya kerelaan umat untuk memilihnya (bi al-bii'ah).
2. Kerjasama sosial berkenaan dengan pemasalahan yang melibatkan masyarakat umum, seperti adanya dasar-dasar                bermusyawarah dalam Islam.
3. Pemberian jabatan tertentu didalam perpolitikan pemerintahan atau badan-badan negara lainnya.
4. Adanya masukan (nasehat) untuk kepala negara (hakim) untuk mengaplikasikan amar makruf nahi munkar.

Islam mewujudkan subtansinya, adapun banyaknya peraturan pada waktu itu adalah tidak dipermasalahkan selagi masih dalam koridor ke-Islaman.

Adapun demokrasi secara khusus tidak hanya seperti apa yang digembor-gemborkan bangsa barat demi mencapai kemerdekaan dari tirani penguasa dzolim, dan sebenarnya subtansi demokrasi berasal dari Islam itu sendiri.

Islam sepakat dengan adanya pemilihan kepala negara, bukti tersebut adalah ketika dalam sholat Islam memungkiri adanya Imam sholat yang dibenci para makmumnya, lebih-lebih dalam hal perpolitikan negara.

Masyarakat sosial telah membentuk demokrasi dalam model-model yang familar sebagai mana kita ketahui, yaitu dengan pemilihan umum, memenangkan suara mayoritas (vote of mayority), berbagai macam partai, kebebasan media dan peradilan, hak kaum minoritas untuk memprotes pemerintah dan lain sebagainya. Semua bentuk yang ada ini telah dimunculkan oleh bangsa barat dan kita sebenarnya telah mendahului mereka.

Islam tidak melarang untuk mengadopsi pemikiran dari bangsa non muslim baik secara teoritik ataupun praktical. Hal ini bisa dibuktikan dengan adanya Rasulullah saw yang mengadopsi model khandaq (parit) bangsa Persi, juga beliau memerintahkan kepada tentaranya untuk memerintahkan para tawanan perang Badar untuk mengajarkan kepada kaum muslimin membaca dan menulis, beliau meniru model stempel surat-suratnya dari berbagai raja, begitu juga Umar ra dalam pengadopsian peraturan untuk badan-badan negara dan peraturan untuk badan perpajakan. Sebagai muslim wajib bagi kita untuk mengetahui bahwa hikmah itu harta berharga yang telah hilang, jika kita menemukannya maka kitalah yang lebih berhak untuk itu.

Kesimpulan:
-Islam agama yang sudah dari dulu mewujudkan subtansi dari demokrasi.
-Demokrasi yang Islam inginkan adalah yang menjadi kemaslahatan bagi umat manusia bukan untuk arogansi kepentingan  golongan tertentu.
-Harap saran dan kritik dari teman-teman mungkin banyak kesalahan dalam penulisan ataupun isi, terima kasih.

By: Salis Fitrowan Lc.

mercredi 5 octobre 2011

Dicipline in Islamic Boarding School


sekitar sejam yang lalu

  • In of my plenty time after studing with DR. Amru Wardani (Director of Ifta in Egypt), I want to spread my experience since living in our beloved cottage al-Ghozali, we are proud with being of santri, every time always concent only for reading and studing there is no another thing, because in this place there some special regulation to make every santri become regulated one, and how to manage time.

    Of course we have been managed in here, and our daily activity have been controlled, but now when we have gone or graduated from here will we manage our time again?, now, no one will be angry to us, no one will command to do some thing, no one will control us, our responsibility is in our own hand, we are now student of university have many duties and many burdens, so do not waste our time.

    We are from Islamic boarding school and we will dedicate our live for Indonesians, so wherever we live only just know that we have cultural of our belove country "INDONESIA". We hope our country will be growth and do not be hopeless because God does not like people just hope without acting.

    Always hope your critic in my writing, because it is just for remembering my english, thank's..

    By: Salis Fitrowan Lc

mardi 4 octobre 2011

Tips menghilangkan sifat egois


Pribadi egois adalah pribadi yang melihat segala sesuatu dari kacamatanya. Ia tidak bisa memahami pikiran orang, perasaan orang, dan selalu menuntut orang untuk mengikuti pendapatnya. Pribadi egois juga pribadi yang mementingkan dirinya sendiri, dia tidak bisa mempertimbangkan kebutuhan orang, senantiasa mengedepankan kebutuhannya di atas kebutuhan orang lain.
Dapat disimpulkan bahwa pribadi yang egois adalah pribadi yang susah sekali untuk tulus, sebab ujung-ujungnya untuk kepentingannya sendiri.
Ada beberapa tips untuk menghilangkan sifat egois:
1. Selalu positive thinking pada orang lain, jangan biarkan pikiran negatif masuk kepikiranmu.
2. Jangan suka membanding-bandingkan diri kamu dengan orang lain.
3. Kembangkan empati kamu terhadap orang lain.
4. Kembangkan sikap melayani dan mendahulukan kepentingan orang lain.
5. Senyum dunkz!
Menjadi egois adalah penting. Namun, jangan jadikan egois sebagai sifatmu, gunakan egois seperlunya saja. OK?!
Sekali lagi, semua kembali ke diri kita masing-masing. Dan jangan lupa berdo’a kepada Allah agar hati kita dapat di kontrol dan kita selalu diberikan hidayah-Nya. Karena hanya Allah yang dapat membolak-balikkan perasaan manusia.
Wassalamu’alaikum..

lundi 3 octobre 2011

Melihat Pesantren Lebih Dekat

Dulu kata pesantren sering kali diidentikan oleh banyak orang dengan tempat yang kumuh , tidak teratur dan ketinggalan zaman..

Didalamnya dipenuhi pelajar-  pelajar yang tidak diterima  di SMU atau SLTP favorit dikota mereka dan anak anak nakal yang orang tuannya sudah angkat tangan dalam mengurusnya , serta sebagai tempat rehabilitas para pecandu narkoba yang sudah akut . kita juga sering mendengar anggapan bahwasannya para santri yang belajar di pondok pesantren itu kuper , ketinggalan zaman, kampungan dan acuh atas dinamika sosial yang ada. Juga anggapan mereka tidak bisa pelajaran eksata, tetapi hanya mampu  membaca al quran, kitab kuning, sholat, tahlilan atau mengumandangkan adzan di surau –surau atau masjid-masjid.

Tidak hanya itu, dulu pesantren juga pernah dianggapa anti pemerintah dan anti pancasila yang ingin menjadaikan Negara Indonesia ini menjadi Negara islam, pesantren adalah lembaga yang tidak demokratis dan tertutup , bahkan yang lebih parah lagi, saat ini seiring dengan maraknya terorisme, pesantren sering dilabeli dengan  sarang teroris.

Semua anggapan-anggapan miring dan negative diatas adalah tidak sepenuhnya benar dan merupakan generalisasi yang tidak bertanggung jawab. Sebab anggapan tersebut hanya melihat pesantren secara parsial atau dari satu sudut pandang saja. Tidak utuh dan tidak obyektif. Atau menilai pesantren atas dasar kebencian dengan dunia  pesantren .
Ibarat seorang yang merasakan semangkok sup ayam tapi hanya garamnya saja, tentu saja yang dirasakan adalah rasa asin dan ingin memuntahkannya. Begitu halnya dengan pondok pesantren, apabila kita melihat dari satu sudut pandang saja , lebih-lebih atas dasar kebencian, maka yang kan kita temukan hanya sisi-sisi buruk atau negatifnya.

Kalau kita mau melihat kehidupan pondok pesantren dengan  lebih dekat,  maka ada banyak hal positif yang tidak kita temukan di sekolah-sekolah dan lembaga-lembaga non pesantren. Diantaranya adalah pendidikan yang mengedepankan pengembangan insiatif (mendidik santri untuk mandiri) sperti mencuci pakainnya sendiri, menjaga dan mengamnkan barang milik sendiri dan setiap harinya makan ala kadarnya, kaderisasi pemimpin masa depan, dipesantren  tidak hanya belajar kitab kuning atau tahlilan saja disini juga dilatih untuk menjalankan amanat yang telah diberikan oleh pengasuh sebagai pengurus atau sebagai rois pondok pesantren agar kelak bisa  menjadi seorang pemimpin yang memiliki jiwa keihlasan dan disiplin yang tinggi. Dan tentunya masih banyak lagi hal-hal positif lainnya yang jarang kita temukan di pendidikan non pesantren.

kusnadi el-ghezwa

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Lady Gaga, Salman Khan