mardi 11 octobre 2011

Bid'ah....kafir....kafir...bid'ah..


‎..... bid’ah!!!, ..... kafir
..... bid’ah, ..... kafir
......kafir, ........bid’ah, ........kafir, .......bid’ah. Repot juga kalau punya temen yang suka mengeluarkan pernyataan-pernyataan seperti yang barusan aku sebutkan tadi, tapi mau gimana lagi allah maunya seperti itu. dan pastilah dibalik itu semua tersimpan pelajaran dan hikmah yang sangat bermanfaat bagiku.
Pagi itu tepatnya hari jum’at, aku belajar diatas kasur berselimut biru milikku dengan suasana adem ayem, tak ada suara-suara bising, suara mobil dipinggir jalan pun tampak teredam oleh kamar atasku yang tertutup rapat.
Sampai tak lama kemudian dua temanku datang memecah keheningan dengan perdebatan mereka yang membisingkan telingaku. Awalnya aku tak terlalu menghirauka mereka, tapi begitu medengar peryataan “tawasul bid’ah, ziaroh kafir, ..... bid’ah, ......kafir” yang terlontar dari mulut mereka spontan aku langsung emosi. Walau penyataan itu tidak ditujukan padaku tapi aku tetap merasa tersinggung terlebih itu semua tradisi Idonesia yan sudah sangat menjamur dengan didasari dalil dari ulama yang ngak diragukan lagi. Ingin rasanya ku lempar mulut itu pake’ “sandal” atau “tungkakku” yang mulai gatel ini, tapi ku urungkan niatku karena tobi’atku sebagai warga indonesia yang sungkanan dan sabar menolak hal itu.
Akhirnya aku hanya diam bukan tak bisa berbuat apa-apa tapi karena tak ingin berbuat apa-apa untuk meladeni mereka. Karena ku sadar betul bahwa dinegara mereka pusat pengembangan islam setingkat Pondok Salaf sangat teramat sangat minim, kalupun ada “wujuduhu ka’adamihi” alias sudah terlupakan. Dan itu sangat bisa difahami terlebih negara mereka terletak di dekat eropa, negeri yang paling “gregeten” klo’ medengar nama islam. Prancis, yang juga terkenal sebagai negara mode ini, dulu pernah melarang Muslimahya menggunakan jilbab sekitar tahun 1989. Pelajar Muslimah dikeluarkan dari kelas karena memakai jilbab, pekerja Muslimah dipecat dari kantornya karena mengenakan jilbab. Namun, mereka tidak menyerah begitu saja. Umat Islam Prancis menggoyang Paris dengan aksi-aksi demo menuntut kebebasan. Dan, umat Islam di berbagai negara pun turut melakukan protes atas kebijakan tersebut. Jadi maklumlah kalo’ mereka jadi seradikal itu.
Mereka berkata ini itu dengan dalil ayat ini ayat itu, hadis ini hadis itu dengan penjelasan yang kebetulan aku faham sekaligus pengen menertawakanya, itu karena mereka berfatwa tanpa didasari alat untuk mengambil hukum dari sumber hukum tersebut. Yang penting sudah mafhum atau shohih “yakfii” kalo’ kata mereka. Bagaikan orang yang ingin ngambil buah mangga dan sudah memanjatnya, tapi tak tau bahwa yang dia panjat itu pohon jengkol, atau pengen jengkol tapi yang dia panjat pohon mangga, atau kalo’ mau anda bisa memperpanjang dan mengkiaskannya sendiri.
Ini adalah potret kenyataan sebuah fakta bahwa semangat tanpa di dasari pengetahuan yang memadahi dapat mendorong seseorang untuk memutlakkan apa yang sudah dan sedang dia ketahui, boleh jadi juga akibat terlalu tinggi menghargai diri dan terlalu kagum dengan “pengetahuan barunya. Lalu menganggap yang di kemukakanyan merupakan pendapatnya dan pendapantya adalah kebenaran sejati satu-satunya. Pendapat-pendapat lain yang bebeda pasti salah. Dan yang salah pasti jahannam.
Terlebih dewasa ini dalil yang semestinya berfungsi sebagai pengatur dan tolak ukur persepsi seseorang kini berbalik menjadi pesepsilah yang mengatur dan menolak ukuri dalil tersebut. Mestinya orang mencari dalil sebelum beranggapan kini berbalik menjadi orang mencari dalil setelah beranggapan. Oleh karenanya aku lebih memilih diam ketimbang protes dengan pernyatan temanku itu. Karena aku tau kalo’ orang seperti mereka itu sangat “ngengkelan” sekalipun sudah di ingatkan kesalahannya mereka akan terus mencari dalil yang kiranya bisa meng-iya-kan anggapan mereka, sekalipun dalil itu hanya nyrempet.
Alhamdulillah walaupun dengan diam tadi sedikit akan hati tapi se-iya-iya-nya kan aku sudah dapat pelajaran berharga yang dapat aku abadikan dalam tilusanku ini. Semoga temanku dalam tulisanku itu aku, semoga allah memberikan taufik hidayah kepadaku. 

Amiiin ........!!!!dan semoga temenku itu diberikan taufiq hidayat oleh allah agar bisa berfatwa secara profesional atau lebih profesional kalo’ memang dia yang benar. Tapi kalo’ ternyata aku yang salah dan yang pantas jadi “fa’il” .


Gus: Abet

0 commentaires:

Enregistrer un commentaire

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Lady Gaga, Salman Khan