lundi 3 octobre 2011

Melihat Pesantren Lebih Dekat

Dulu kata pesantren sering kali diidentikan oleh banyak orang dengan tempat yang kumuh , tidak teratur dan ketinggalan zaman..

Didalamnya dipenuhi pelajar-  pelajar yang tidak diterima  di SMU atau SLTP favorit dikota mereka dan anak anak nakal yang orang tuannya sudah angkat tangan dalam mengurusnya , serta sebagai tempat rehabilitas para pecandu narkoba yang sudah akut . kita juga sering mendengar anggapan bahwasannya para santri yang belajar di pondok pesantren itu kuper , ketinggalan zaman, kampungan dan acuh atas dinamika sosial yang ada. Juga anggapan mereka tidak bisa pelajaran eksata, tetapi hanya mampu  membaca al quran, kitab kuning, sholat, tahlilan atau mengumandangkan adzan di surau –surau atau masjid-masjid.

Tidak hanya itu, dulu pesantren juga pernah dianggapa anti pemerintah dan anti pancasila yang ingin menjadaikan Negara Indonesia ini menjadi Negara islam, pesantren adalah lembaga yang tidak demokratis dan tertutup , bahkan yang lebih parah lagi, saat ini seiring dengan maraknya terorisme, pesantren sering dilabeli dengan  sarang teroris.

Semua anggapan-anggapan miring dan negative diatas adalah tidak sepenuhnya benar dan merupakan generalisasi yang tidak bertanggung jawab. Sebab anggapan tersebut hanya melihat pesantren secara parsial atau dari satu sudut pandang saja. Tidak utuh dan tidak obyektif. Atau menilai pesantren atas dasar kebencian dengan dunia  pesantren .
Ibarat seorang yang merasakan semangkok sup ayam tapi hanya garamnya saja, tentu saja yang dirasakan adalah rasa asin dan ingin memuntahkannya. Begitu halnya dengan pondok pesantren, apabila kita melihat dari satu sudut pandang saja , lebih-lebih atas dasar kebencian, maka yang kan kita temukan hanya sisi-sisi buruk atau negatifnya.

Kalau kita mau melihat kehidupan pondok pesantren dengan  lebih dekat,  maka ada banyak hal positif yang tidak kita temukan di sekolah-sekolah dan lembaga-lembaga non pesantren. Diantaranya adalah pendidikan yang mengedepankan pengembangan insiatif (mendidik santri untuk mandiri) sperti mencuci pakainnya sendiri, menjaga dan mengamnkan barang milik sendiri dan setiap harinya makan ala kadarnya, kaderisasi pemimpin masa depan, dipesantren  tidak hanya belajar kitab kuning atau tahlilan saja disini juga dilatih untuk menjalankan amanat yang telah diberikan oleh pengasuh sebagai pengurus atau sebagai rois pondok pesantren agar kelak bisa  menjadi seorang pemimpin yang memiliki jiwa keihlasan dan disiplin yang tinggi. Dan tentunya masih banyak lagi hal-hal positif lainnya yang jarang kita temukan di pendidikan non pesantren.

kusnadi el-ghezwa

0 commentaires:

Enregistrer un commentaire

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Lady Gaga, Salman Khan