vendredi 7 octobre 2011

KAMI BUTUH BUKTI BUKAN JANJI


’’KAMI BUTUH BUKTI BUKAN JANJI’’
Sudaha 66 tahun indonesia merdeka. Sebagaimana termaktub dalam pembukaan UUD 1945 bangsa Indonesia tampak telah berteguh hati untuk mengisi karunia ilahi tersebut dengan memakmurkan negeri, mencerdaskan bangsa dan mendamaikan dunia. Sebuah idelitas yang amat luhur. Hari setelah 66 tahun terlewati, memang banyak hal yang dicapai, tetapi tidak kalah banyak pula hal yang terlewati.
De facto, realitas sejarah Indonesia kemaren hari hingga hari ini masih menunjukan secara nyata betapa Indonesia masih (dan sedang ) dihadapkan pada aral melintang yang  bukan alang kepalang dalam mewujudkan idealitas luhur tersebut. Ancaman, gangguan, hambatan dan tantatangan datang dari segala penjuru dari dalam dan luar negeri.
Pembrontakan politis dari para separatis yang tidak betah tinggal di NKRI, perilaku korup dan kolusif, terjebak hutang global dan seterusnya pembangunan tidak lagi murni demi idealitas luhur. Sebuah era tinggal kandas yang dulu digembar-gemborkan, malah akhirnya menjadi era ’’tinggal kandas’’ seiring dengan ambruknya tahta sang raja orde baru.
Apa yang tersisa kemudian tidak lain kecuali kehilangan, kekurangan dan kerugian disegenap lini kehidupan bangsa yang terus memperparah kondisi bangsa ini indikator paling nyata adalah belum tersedianya kebutuhan dasar rakyat (kesehatan, pendidikan dan lapangan pekerjaan) secara merata. Didalam memperoleh tiga kebutuhan dasar ini seharusnya dijamin oleh pemerintah tetapi apa yang kini terjadi malah sebaliknya, pemerintah malah mulai melepas tanggung jawab tersebut. Padahal menjamin kebutuhan dasar rakyat amanat dari Undang Undang Dasar yang harus ditunaikannya. Jika tidak, pemerintah seharusnya mengundurkan diri atau diundurkan oleh rakyat yang memlihnya. Buah dari ketidakamanahan pemerintah ini adalah meroketnya biaya kesehatan sulit didapatkannya pekerjaan dan melangitnya biaya pendidikan.
Repotnya memenuhi kebutuhan dasar ini mengakibatkan derajat kesehatan Rakyat Indonesia semakin memburuk, angka kematian bayi dan ibu semakin meninggi. Jumlah pengangguran merajalela dan terus bertambah dan lahirnya generasi yang tidak terampil karena tidak terdidik secara baik.
Hanya orang-orang kayalah yang kemudian mampu meningkatkan kualitas kehidupannya, kekayaan kemudian berputar hanya di segelintir orang, sementara kemiskinan terus menghantui sebagian besar orang. Jadilah paras wajah Indonesia hari ini dipenuhi oleh orang-orang yang disatu sisi, semakin kaya dan pintar, dan disisi yang lain, semakin miskin dan bodoh. Kondisi seperti ini jika tidak segera diatasi , akan terus memicu munculnya kecemburuan sosial dan kedengkian ekonomi. Puncak dari krisis ini adalah merebaknya kriminalitas dan masalah sosial lainnya.
Disinilah  sebenarnya peran pemimpin perlu dipertanyakan tentang keamanahan sikap dan kekonsistenan janji yang telah diucapkannya pada pelantikan sebagai presiden dihadapan rakyat. Saya memandang penting hal ini , sebab satu kesalahan yang dilakukan seorang presiden dalam mengambil kebijakan sama dengan seratus juta nyawa rakyat dikorbankan. Ketidakkonsistenan antara yang dikatakan dan yang dilakukan oleh para pemimpin telah memicu kemarahan dan kegeraman tersendiri bagi masyarakat terutama para mahasiswa. Wujudnya adalah demonstrasi dipelbagai daerah dan di sejumlah tempat-tempat penting. Mereka juga melakukan beberapa tindakan anarkis seperti penjarahan, pelemparahan batu, perusakan beberapa tempat penting, dan lain sebagainya.
Inti dari aksi tersebut adalah menuntut  agar para pemimpin yang sedang duduk manis dikursi jabatannya  segera digulingkan. Karena mereka juga dinilai tidak mampu menstabilkan suasana. Bahkan tanpa sadar mereka telah mencekik leher rakyat sendiri dengan perbuatan yang telah mereka lakukan bukan dengan tanpa tidak sadar, seperti korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) . Selain itu hutang Negara semakin menumpuk. Tentu saja hal itu merupakan bagian dari  ulah para koruptor –koruptor tersebut. Mereka tidak pernah memikirkan bagaimana caranya agar Indonesia bisa melunasi hutangnya. Yang mereka pikirkan hanyalah bagaimana caranya agar kantong mereka bisa penuh dan semua yang mereka inginkan bisa terpenuhi, walaupun sesungguhnya mereka sadar bahwa ysng mereka ambil adalah milik seluruh rakyat Indonesia, dan apa yang mereka lakukan akan menjatuhkan citra Indonesia di mata dunia. Disebutlah kemudian sistem pemerintahan Indonesia sebagai sistem paling korup.
Sebuah kejadian yang sangat kita sesalkan dan perlu diakji ulang. Indonesia, sebuah Negara kepulauan yang memiliki pelbagai macam kekayaan alam dan juga pelbagai macam kebudayaan, begitu juga rakyatnya yang dikenal hidup dengan makmur hingga memiliki julukan “ Gemah Ripah Loh Jinawi” ternyata para pengemban amanatnya adalah seorang  koruptor cerdik yang tanpa memperhitungkan akibat yang nantinya akan terjadi, setelah mengambil apa yang telah dihasilkan oleh rakyat.
Fakta megatakan bahwa tidak hanya pejabat kalangan atas saja yang berani melakukan tindak korupsi, kolusi dan juga nepotisme. Akan tetapi juga termasuk pejabat kalangan menengah  dan kalangan bawah. Bahkan secara tak tersadari, kejadian-keajdian seperti itu sudah menjadi hal yang lumrah dan tak seorangpun yang berani menghentikannya. Untuk mengantisipasi hal tersebut, pemerintahpun membuat pelbagai macam peraturan pemerintah yang berisikan tentang undang-undang anti korupsi yang salah satu isinya adalah: “Barang siapa yang dianggap melakukan tindak korupsi terhadap  Negara, maka dia akan dihukum dalam kurun waktu yang telah ditentukan” .
Memang benar semua itu telah berjalan, walaupun belum seluruh koruptor tertangkap. Akan tetapi sayangnya UU semacam itu hanya berlaku beberapa saat saja dalam waktu yang singkat. Setelah itu sebagian koruptor yang telah ditahan (dihukum), dibebaskan kembali dengan begitu mudahnya. Jika kita pikirkan kembali, betapa mudah mendapatkan sesutau dengan uang, walaupun itu adalah sebuah kejujuran maupun sebuah keadilan yang sebenarnya merupakan hal yang sangat berharga dan patut diperjuangkan. Betapa tidak berharaganya sebuah hukum, jika dengan semurah itu hukum dapat dibeli dengan setumpuk uang, betapa mudah mendapatkan sebuah kursi jabatan hanya dengan slembar cek.
Kalau hendak dicermati lebih mendalam lagi, sebenarnya istilah koruptor itu tidak jauh  beda dengan “sariq” pencuri. Hanya saja perbedaannya adalah para pelaku korup juga mengambil harta orang lain( rakyat ) denagn cara sembunyi-sembunyi. Bahkan mereka juga tidak segan-segan meraup sampai bertriliyun-triliyun rupiah banyaknya. Hanya bedanya koruptor ini didukung oleh kekuasaan (backing power) di belakangnya.
Dengan kata lain dia telah mengabaikan amanat yang telah dipercayakan padanya. Amanat serta kepercayaan yang diberikan oleh rakyat terhadap mereka hanyalah merupakan sebuah symbol belaka. Semua itu digunakan hanya untuk menutupi perbuatan-perbuatan bejat yang mereka lakukan. Mereka mengatakan demi kepentingan rakyat sepenuhnya, padahal yang terjadi justru sebaliknya. Semua tindakan tersebut banyak mengundang hysteria social masyarakat. Maka jangan heran jika tudingan sinis selalu terarah pada mereka, terutama kepada koruptor yang pandai memetik kesempatan di balik amanat yang dititipkan kepadanya. Sudah selayaknya mereka diganjar dengan memborgol kekuasaannya.
Fakta hari ini menunjukan, Negara kita mengalami kesulitan yang bukan alang kepalang dalam menemukan sosok pemimpin yang bisa mengayomi seluruh rakyat, yang bisa mendekatkan gap  antara sikaya dan simiskin. Apa mau dikata semua pemimpin yang kita miliki selama ini masih menunjukan sikap kepemihakan pada sebagian rakyat, yakni kelompoknya sendiri.
Semua itu merupakan tantangan besar. Terutama bagi seluruh umat islam ditanah air. Bagaimana langkah yang tepat untuk membawa Indonesia ke depan menjadi lebih baik dari hari ini? Dalam hal ini diperlukan seorang yang mampu membawa Indonesia kepada tujuan dan cita-cita pembangunan nasional yang sesungguhnya untuk dilaksanakansecara murni dan konsekuen sesuai dengan Pancasila serta UUD 1945. Dia adalah sosok yang sangat diidam-idamkan oleh bangsa Indonesia.
Untuk memperoleh seseorang seperti ini, kriterianya tidak hanya pengtahuan umum saja, akan tetapi juga pengetahuan agama. Hal tersebut dimaksudkan agar dalam memimpin sesuatu tidak mudah digoyahkan oleh godaan sedahsyat apapun, seperti korupsi.

Bagaimana kita melangkah?

Sebagaimana catatan getir diatas, factor kegagalan terbesar di bumi Indonesia ini terletak pada pemimpin, terutama Presiden dan Wakil Rakyat yang ada di DPR, ataupun DPR I dan II. Merekalah yang paling menentukan sejarah bangsa ini. Dengan kekuasaan dan kekuatan yang dimilikinya mereka mampu membuat bangsa ini putih mengkilap, tetapi juga bisa sebaliknya, hitam melegam.
Maka, yang pertama-tama perlu digagas adalah bagaimana melahirkan sosok pemimpin dan wakil rakyat yangaccountable, legetimed, credible, capable, dan accectable. Dalam Islam, pemimpin seprti itu adalah baginda Nabi besar Muhammad saw. Beliaulah sosok pemimpin yang mampu meraih kesuksesan dalam semua bidang kehidupan, baik pribadi, keluarga maupun masyarakat  secara keseluruhan. Memimpin dirinya sendiri sukses, dan memimpin suatu Negara yang penuh dengan pluralitas penduduk, agama, etnis , ras, dan kepentingan, juiga sukses.
Tak heran melihat prestasi Muhammad ini seorang sejarawan Barat, Michael Hart (1986) menempatkan Nabi penutup ini pada posisi pertama seratus tokoh berpengaruh dalam sejarah. Pengakuan Hart memiliki landasan argumentasi epistimologis-historis. Paling tidak, bukti dan argumentasi penilaian tersebut didasarkan antara lain pada implikasi kehadiran Nabi Muhammad saw dalam membawa agama islam sebagai cahaya kegelapan dunia yang sudah dirasuki ketamakan, kejahatan, kebiadaban, dan ketidakadilan. Nabi mampu merubah semuanya menjadi indah, sempurna laksan taman surga.
Muhammad saw memang pemimpin yang betul-betul cemerlang pribadinya. Walaupun tidak mempunyai istana, tidak memakai mahkota, tidak memakai tanda jasa, juga tidak duduk disinggasana, tetapi tidak berkurang kemuliaannya sampai detik ini. Beliau adalah figure pemimpin yang sukses dalam segala sisi. Ucapan dan tindaknnya menjadi  mutiara ilmu yang bertumpuk-tumpuk (dibukukan dalam hadis) sepanjang masa. Tidak akan lapuk oleh hujan dan tidak akan layu oleh panasnya rotasi kehidupan. Kesederhanaan, keteladanan, kesahajaan, dan pengorabanannya untuk umat menjadi ciri sukses. Beliau mampu mendirikan Negara dan titik awal ditengah-tengah bangsa yang tidak memiliki pengalaman politik selain organisasi kesuksesan. Tidak luput, beliaupun berhasil menetapkan norma-norma hukum yang lebih kosmopolit dan manusiawi daripada hukum yang telah ada saat itu. Perjanjian multigama dan etnis yang diprakarsai oleh Nabi itu mengandung dua prinsip yaitu kesetaraan (equality) dan keterbukaan (inklunsivisme) .
Salah satu factor kesuksesan Nabi tersebut tertera dalam sabdanya,”sayyidul Qoumi Khodimuhum” pemimpin suatu kaum adalah pelayannya. Karena sebagai pelayan, maka pemimpin harus memperhatikan kebutuhan dan kemauan rakyat yang dipimpin. Beliau selalu mengalah demi kepentingan rakyat yang di pimpinnya. Baginya, kepuasan batin adalah apabila mampu memuaskan rakyat yang di pimpinnya. Setiap hari belaiau berfikir bagaimana rakyat bisa cukup ekonominya, maju pendidikannnya, luhur moralitas dan mentalitasnya, hidup penuh kedamaian, kebahagiaan, persaudaraan, kekeluargaan, tidak ada dendam, iri hati, dengki dan perilaku negative lainnya. Semua karakteristik Nabi tersebut terhimpun dalam sifat kenabian yang jumlahnya ada empat  pertama Shiddiq,(jujur) kedua, Amanah , (dapat dipercaya)ketiga, Tabligh,(kredibel) dan yang keempat Fathanah (cerdas).
Ringkasnya, pemimpin bukanlah mereka yang suka mengumbar janji tanpa adanya bukti dan bukan pula yang hanya suka memberikan tataran kata-kata tanpa fakta namun pemimpin yang sejati adalah orang yang setiap perkataan, perbuatan dan sepak terjangnya, baik sendiri maupun bersama selalu menjadi cermin bagi orang lain. Dia selalu mampu dijadikan sebagai uswah hasanah (suri tauladan ) bagi seluruh masyarakat yang dipimpinnya. Karakter presiden seperti inilah yang menjadi pilihan kami atas nama wong biasa (orang biasa) dan saya yakin seluruh umat islam dan bangsa Indonesia mendambakan pemimpin seperti ini.

Semoga Tuhan senantiasa memberikan pertolongan atas cobaan yang telah diberikan pada bangsa tercinta ini.
Wallahu a’lam bi al-showab

By: Kusnadi El-Ghezwa 
15.54

0 commentaires:

Enregistrer un commentaire

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Lady Gaga, Salman Khan